REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Donald Trump mengusulkan pemeriksaan ketat di perbatasan Amerika Serikat untuk mencegah masuknya individu yang berpotensial melakukan aksi terorisme.
Seperti dilansir Washington Times, Senin (15/8) Trump mengemukakan tiga strategi keras untuk melawan kelompok radikal. Rencana untuk memperketat pengawasan imigrasi disesuaikan dengan usulan sebelumnya untuk sementara melarang semua Muslim masuk ke AS.
Walau kebijakannya terhadap Muslim menuai berbagai kecaman, Trump bersikeras untuk mempertahankan usulannya. Kebijakan itu akan diambil sampai otoritas AS memiliki tes untuk mengukur kecocokan individu serta budayanya dengan nilai yang dianut Amerika.
Trump menyebut pertempuran dengan kelompok militan sebagai perang ideologi. Untuk itu, pemeriksaan terhadap pendatang harus disertai pertanyaan mengenai pandangan dan sikap individu tersebut terhadap Amerika.
"Saya menyebutnya 'pemeriksaan ekstrem'," ujar Trump. "Negara kita memiliki cukup banyak masalah. Kita tidak perlu (masalah) lagi."
Baca juga, Kronologi Pertikaian Trump dengan Keluarga Muslim.
Adapun Trump menegaskan untuk segera membuat kebijakan imigrasi baru yang dapat menghentikan pola serangan teroris di dalam AS. “Pemerintahan Trump nantinya akan membangun prinsip yang jelas dalam mengatur semua keputusan yang berkaitan dengan imigrasi," kata Trump.
Sementara itu, dua strategi Trump lainnya dalam melawan terorisme yakni terkait dengan kebijakan luar negeri.
Trump menganjurkan seluruh negeri bekerja sama untuk menghancurkan kelompok radikal dengan menyerang markas mereka, memotong sumber keuangan serta menggunakan teknologi untuk menutup situs-situs propaganda.