Rabu 17 Aug 2016 13:00 WIB

Ban Ki-moon Peringatkan Ancaman Bencana Kemanusiaan di Aleppo

Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon.
Foto: Reuters
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon pada Selasa (16/8) memperingatkan kemungkinan terjadi bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi di Aleppo, Suriah.

Ban mendesak Rusia serta Amerika Serikat melakukan gencatan senjata di kota itu dan tempat lain di negara tersebut. Pertempuran memperebutkan Aleppo di Suriah antara wilayah barat yang dikuasai oleh pemerintah dan lingkungan timur yang dikuasai kelompok pemberontak, semakin meningkat dalam beberapa pekan ini dan membawa ratusan korban jiwa.
 
Konflik juga memutus pasokan air bersih, listrik dan kebutuhan pokok lain yang menyengsarakan warga sipil.
 
"Di Aleppo, kita melihat risiko bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi dalam pertumpahan darah dan penderitaan akibat konflik di Suriah yang terjadi lebih dari lima tahun," kata Ban kepada Dewan Keamanan PBB dalam laporan bulanan mengenai akses bantuan, yang diperoleh Reuters.
 
Aleppo menjadi salah satu pangkalan bagi kelompok pemberontak yang ingin menyingkirkan Presiden Suriah Bashar al-Assad, yang pasukan daratnya mendapat dukungan dari kelompok Syiah dari negara-negara tetangga dan wilayah udara mendapat dukungan serangan udara oleh Rusia.
 
"Pertikaian wilayah dan sumber-sumber dilakukan melalui serangan tanpa pandang bulu di kawasan permukiman termasuk pemakaian bom yang menewaskan ratusan warga sipil termasuk puluhan anak. Semua pihak yang terlibat konflik gagal menjaga tanggung jawab untuk melindungi warga sipil," kata Ban dalam laporan PBB itu.

Ban menegaskan kembali seruan PBB sedikitnya menghentikan pertikaian selama 48 jam untuk memberi kesempatan kegiatan kemanusiaan mengirim bantuan dan mendorong Moskow serta Washington untuk mencapai kesepakatan secepatnya mengenai gencatan senjata.

 
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavror dan Menlu AS John Kerry pada Selasa membahas kepastian genjatan senjata, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia. Rusia memanfaatkan Iran sebagai pangkalan untuk melakukan serangan udara melawan kelompok garis keras Suriah pada pertama kalinya, Selasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement