Ahad 21 Aug 2016 18:57 WIB

ISIS Dituding Dalangi Pengeboman di Pesta Pernikahan di Turki

Rep: Didi Purwadi/ Red: Dwi Murdaningsih
Mempelai Pernikahan (ilustrasi)
Foto: Reuters
Mempelai Pernikahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZIANTEP -- Sebuah bom meledak di sebuah pesta pernikahan di Gaziantep, Turki. Setidaknya ada 50 orang yang tewas  dan 94 lainnya terluka dalam serangan di sebuah pesta pernikahan ini.

Dalam laporan dari kantor gubernur di wilayah setempat, korban-korban yang terluka tengah mendapat penanganan di beberapa rumah sakit di Gaziantep. Belum ada keterangan, apakah diantara mereka ada yang berada dalam kondisi kritis atau tidak.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kemungkinan besar serangan ini dilakukan oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ia meyakini kelompok militan tersebut kali ini menargetkan sebuah partai etnis yang berada di Gaziantep.  

Gaziantep merupakan kota yang terletak di dekat perbatasan Suriah. Selama ini, beberapa wilayah di dalamnya dikenal menjadi basis dari ISIS.

Bom Meledak di Tengah Pesta Pernikahan

Dalam laporan BBC, ISIS sebelumnya pernah melakukan serangan terhadap pasukan Kurdi Suriah. Selain itu, bom bunuh diri yang berkaitan dengan kelompok militan itu juga pernah terjadi pada Mei lalu dan membuat dua polisi di Gaziantep tewas.

Dalam keterangan dari seorang anggota parlemen dari Partai Rakyat Demokratik mengatakan pasangan yang menyelenggarakan pernikahan merupakan anggotanya dan mereka adalah Kurdi. Selama ini, ISIS disebut beberapa kali mengirimkan bom bunuh diri untuk menyerang kelompook Kurdi dan membuat ketegangan etnis terjadi di Turki.

Sementara itu, Wakil Perdana Menteri Turki, Mehmet Simsek mengutuk serangan tersebut dan menyebutnya sebagai tindakan 'barbar'. Ia juga menduga kuat bahwa kelompok teroris berada di balik peristiwa itu.

"Ini adalah serangan barbar yang nampaknya dilakukan oleh kelompok teror. Entah itu PKK, ISIS, ataupun gerakan Gulen," ujar Simsek.

 

Sebelumnya, serangan yang berkaitan dengan ISIS juga terjadi di sebuah reli aktivis pro-Kurdi di luar stasiun kereta api utama di Ibu Kota Ankara. Peristiwa yang terjadi Oktober tahun lalu itu menewaskan sedikitnya 95 orang.

Pada awal pekan ini, kekerasan di tenggara Turki, wilayah yang paling banyak ditempati oleh etnis Kurdi juga terjadi. Beberapa serangan bom yang nampaknya menargetkan polisi dan tentara pemerintah terjadi.

Turki beberapa waktu belakangan juga dilanda ketegangan setelah adanya upaya kudeta militer yang gagal pada 15 Juli lalu. Pemerintah menuding bahwa Fethullah Gulen, ulama yang kini berbasis di Amerika Serikat (AS) berada di balik peristiwa itu.

Sejak saat itu, sebanyak 40.029 orang telah ditahan. Sekitar 79 ribu orang juga diberhentikan dari jabatan mereka di lembaga negara, termasuk militer, polisi, dan pegawai negeri.

Penutupan sejumlah institusi pendidikan swasta juga dilakukan Pemerintah Turki. Seluruhnya disebut berkaitan dengan gerakan Gulen. Selain itu, yang terbaru adalah penangkapan orang-orang dari sektor bisnis Turki. Pemeriksaan terhadap sekitar 200 perusahaan dilakukan. Sebelumnya, dikatakan banyak pengusaha terkemuka di negara itu yang membantu membiayai gerakan Gulen dan melancarkan upaya kudeta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement