Selasa 23 Aug 2016 15:09 WIB

Kelompok HAM Palestina Dapat Ancaman Pembunuhan

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Pembacokan (ilustrasi)
Foto: andikafm.com
Pembacokan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Di tengah bulan-bulanan, intimidasi, pelecehan, dan ancaman berkelanjutan, para pembela hak asasi manusia Palestina tetap "maju" untuk mengecam kampanye yang mereka sebut bertujuan menanamkan ketakutan. Ancaman yang mereka duga didalangi Israel itu datang melalui email, telepon, dan sesekali bunga yang dikirim langsung ke depan pintu.

Direktur organisasi kemanusiaan Palestina Al-Haq, Shawan Jabarin mengatakan, ini merupakan gerakan yang sangat terorganisir. Tujuannya untuk menghentikan mereka meminta pertanggungjawaban Israel atas pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia yang mereka lakukan terhadap warga Palestina.

"Tujuannya adalah menghentikan kami berurusan secara aktif dengan (Pengadilan Kejahatan Internasional, ICC), bekerja sama dengan ICC. Mereka ingin menanamkan kekhawatiran di pihak kami," kata Jabarin kepada Aljazirah.

Awal bulan ini, peneliti Al Haq di ICC, Nada Kiswanson mengatakan kepada pers Belanda bahwa ia telah menerima ancaman pembunuhan dan intimidasi lainnya selama beberapa bulan. Termasuk surat-surat, email, dan panggilan telepon ke anggota rumah dan keluarganya.

Jabarin mengatakan, seorang pria menelepon anggota keluarga Kiswanson di Swedia. Pria beraksen Arab tersebut, menurut Jabarin, mengatakan Kiswanson akan "menghilang" jika pekerjaannya di ICC terus dilakukan.

Jabarin menambahkan, Kiswanson juga menerima telepon dari seorang wanita yang mengaku dari Kementerian Kesehatan Belanda dan meminta alamat rumahnya untuk memberi informasi terkait Zika. Namun Kiswanson justru menerima bunga di pintu rumahnya dengan catatan bernada ancaman. Jabarin mengutip, Kiswanson mengatakan pengirim bunga berasal dari Amsterdam.

Amnesty Internasional juga mengungkapkan hal senada. Menurut Amnesty, ancaman kematian disampaikan ke anggota staf Al Haq terkait pekerjaan mereka di ICC.

Tak sampai situ saja, para pendonor internasional Al Haq juga menerima seruan yang menyatakan organisasi itu sedang diselidiki terkait korupsi. Peretas juga membobol surat elektronik (surel) internal dan mengirim kepada para staf meminta mereka mencari pekerjaan baru dengan alasan organisasi itu mengalami masalah pendanaan.

"Israel di balik itu semua. Penjahat sepanjang waktu, mereka takut. Saat Anda mulai mencari dan menyelidiki untuk mengidentifikasi mereka, mereka jadi takut. Bagi mereka sangat mudah mengalahkan politisi, tapi tak mudah mengalahkan pembela hak asasi manusia," ujar Jabarin.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement