REPUBLIKA.CO.ID, PYONYANG -- Korea Utara menembakkan sebuah rudal balistik dari kapal selam, Rabu (24/8). Peluncuran rudal ini dilakukan dalam protes terhadap latihan militer tahunan Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Seperti dilansir dari TIME, rudal ditembakan dari kapal selam dari kota pesisir Sinpo dan terbang sekitar 500 kilometer. Menurut Joint Chiefs of Staff Seoul, ini merupakan penerbangan terpanjang dari rudal kapal selam Korut.
Komando Strategis AS mengatakan telah melacak peluncuran rudal tersebut dan diduga merupakan Rudal KN 11. Dalam sebuah pernyataan mereka mengatakan peluncuran rudal Korut tidak menimbulkan ancaman tapi ia meminta militer AS tetap waspada dalam menghadapi provokasi Korut.
Korut menembakkan dua rudal lainnya dari kapal selam awal tahun ini tapi mereka diyakini meledak di udara setelah terbang sekitar 30 kilometer.
Kemampuan Korut meluncurkan rudal dari kapal selam akan lebih mengkhawatirkan. Sebab, rudal yang ditembakkan dari kapal selam lebih sulit terdeteksi.
Rudal dan programn nuklir Korut merupakan sumber masalah keamanan regional. Ahli dari luar mengatakan Korut belum memiliki rudal nuklir jarak jauh andal yang mampu mencapai daratan AS, tapi mereka mengakui Korut telah membuat kemajuan pada program senjata.
Beberapa ahli sipil percaya Korut telah memiliki teknologi untuk menempatkan hulu ledak pada rudal jarak pendek yang bisa menyerang Korsel dan Jepang.
Baca juga, Uni Nuklir Korea Utara Tuai Kecaman Dunia.
Peluncuran Rabu ini terjadi dua hari setelah AS dan Korsel memulai latihan 12 hari di Ulchi Freedom Guardian. Militer Korsel menganggap peluncuran rudal Korut sebagai protes bersenjata terhadap latihan militer dan tantangan bagi perdamaian di Semenanjung Korea.
Kedua negara Korea masih dalam kondisi perang sejak Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.