Rabu 24 Aug 2016 15:34 WIB

Jepang, Cina, dan Korsel Desak Korut Hentikan Provokasi

 Pemimpin Korut Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam.  (Reuters/KCNA)
Pemimpin Korut Kim Jong-un saat menyaksikan uji coba peluncuran peluru kendali dari kapal selam. (Reuters/KCNA)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang, Cina dan Korea Selatan sepakat mendesak Korea Utara menahan diri dari provokasi dan mengikuti resolusi Dewan Keamanan PBB, setelah peluncuran terbaru peluru kendali ke arah Jepang pada Rabu pagi (24/8).

Menteri luar negeri dari tiga negara Asia itu juga berupaya memperbaiki hubungan, yang sering mudah tersinggung, dan mencapai kesepahaman dalam pertemuan puncak tripihak di Jepang pada tahun ini.

"Kami memastikan akan mendesak Korut untuk menahan diri terkait aksi provokatifnya, dan memperhatikan resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Menlu Jepang Fumio Kishida dalam jumpa pers setelah menjadi tuan rumah pertemuan dengan timpalannya dari Cina dan Korsel.

Kapal selam Korut menembakkan peluru kendali balistik pada Rabu, yang terbang sekitar 500 Km ke arah Jepang, dan menunjukkan peningkatan kemampuan teknologi negara terkucil itu, yang telah melakukan uji nuklir dan sejumlah peluncuran peluru kendali pada tahun ini dengan melanggar hukuman PBB.

Di tengah ancaman Korut itu, kerja sama antara Jepang, Cina dan Korsel menjadi lebih penting, kata Kishida setelah pertemuannya dengan Menlu Cina Wang Yi dan Menlu Korsel Yun Byung-se. Yun menjanjikan dukungan Korsel untuk merealisasikan pertemuan puncak trilateral pada akhir tahun, serta melakukan kerja sama ekonomi dan mencapai keberhasilan dalam pertemuan puncak 20 negara ekonomi besar pada September di Cina.

Wang mengatakan Cina menentang program-program nuklir dan rudal Korut dan setiap kata atau tindakan yang menyebabkan ketegangan di semenanjung Korea, kata Kementerian Luar Negeri Cina dalam pernyataan. Cina akan terus mendorong denuklirisasi semenanjung Korea, mencari resolusi melalui dialog dan menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

Ketiga menteri itu sependapat Jepang akan menjadi tuan rumah pertemuan puncak trilateral tahun ini, meskipun tanggalnya belum ditentukan, kata pejabat Kemenlu Jepang.

Hubungan di antara tiga ekonomi besar Asia tersebut seringkali mengalami masa sulit, dengan warisan agresi Jepang di masa perang yang mempengaruhi hubungan antar negara itu dengan Cina dan Korsel, sengketa wilayah yang mencederai hubungan antara Jepang-Cina dan Jepang-Korsel, serta kecurigaan Cina atas hubungan kedua negara lainnya dengan AS.

Pertemuan tersebut menandai kunjungan pertama menteri luar negeri Cina ke Jepang sejak pemerintah Jepang mengambil alih tiga dari kepulauan kecil dalam sengketa dengan Cina, dari pemiliknya warga Jepang pada September 2012.

"Kerja sama tripihak itu bagian sangat penting dalam kerja sama Asia Timur," kata Wang kepada timpalannya di awal pertemuan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement