Selasa 30 Aug 2016 05:00 WIB

Mendagri Prancis: Ada Upaya Pecah Belah Muslim dan Non-Muslim

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bilal Ramadhan
 Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11), usai shalat Jumat.  (AP/Francois Mori)
Seorang wanita muslim melintasi polisi Prancis yang berjaga di luar masjid kota Paris, Jumat (20/11), usai shalat Jumat. (AP/Francois Mori)

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Menteri Dalam Negeri Prancis, Bernard Cazeneuve, mengatakan Perancis sedang berperang dengan musuh yang mencoba mengadu domba Muslim dan non Muslim. Ia menyeru warga untuk menciptakan ikatan yang kuat antar bangsa dan agama.

Sebuah pengadilan tinggi menjatuhkan larangan burkini pada Jumat (26/8), disusul perdebatan bernada tinggi yang dengan cepat merambah ke ranah politik Prancis memperlihatkan ketegangan antara kekuatan sekuler dan Muslim Prancis.

Cazeneuve mengatakan, hubungan yang solid dan tenang dengan umat Islam sangat diperlukan. Di sisi lain, ia meminta untuk melakukan penyesuaian agama dengan nilai-nilai sekuler Prancis.

"Prancis sedang berperang dengan teroris, berperang dengan musuh mencoba untuk memecah belah Perancis satu sama lain. Kita tidak boleh jatuh ke dalam perangkap yang fana ini," kata Cazeneuve, dilansir dari Associated Press, Selasa (30/8).

Populasi Muslim di Prancis diperkirakan mencapai 5 juta orang, sekaligus merupakan jumlah terbesar di Eropa Barat. Jaksa telah membuka penyelidikan dugaan diskriminasi rasial yang dialami dua perempuan Muslim di Prancis, akhir pekan lalu.

Keduanya diperintahkan keluar dari sebuah restoran. Pemilik mengatakan, "Saya tidak ingin orang-orang seperti Anda di tempat saya... Keluar."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement