REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Enam senator Amerika Serikat (AS) mendesak Presiden Barack Obama memprioritaskan pembahasan mengenai kejahatan siber di KTT G-20 di Hangzou, Cina, pekan ini. Desakan tersebut berawal dari pencurian uang sebesar 81 juta dolar AS atau Rp 1 miliar dari bank sentral Bangladesh.
Melalui sebuah surat yang dikirimkan ke Gedung Putih, Sherrod Brown seorang senator demokrat di Komite Perbankan Senat, dan lima senator Demokrat lainnya, mendesak Obama menjalin kerja sama dengan 20 negara ekonomi terbesar dunia untuk memerangi kejahatan siber di lembaga keuangan.
Surat tertanggal Senin (29/8) itu menyatakan keprihatianan anggota parlemen AS atas insiden pencurian di bank sentral Bangladesh. Peristiwa yang terjadi pada Februari lalu itu diduga dilakukan oleh peretas yang membobol sistem bank, dan menggunakan jaringan perbankan SWIFT untuk mencuri dari rekening yang ada di bank sentral AS, The Fed.
Sejumlah pihak menunggu jawaban dari The Fed dan SWIFT mengenai hal ini dan mempertanyakan keamanan bank untuk mentransfer uang ke seluruh dunia.
"Lembaga keuangan kami memfasilitasi perdagangan global, tapi penjahat siber, entah independen atau disponsori negara, membahayakan sistem internasional ini dengan adanya beberapa ancaman. Kami sangat mendorong Anda untuk bekerja dengan rekan-rekan Anda dan memprioritaskan diskusi ini di G-20 pemimpin tingkat pada September," tulis para senator dalam surat tersebut.
KTT yang akan diselenggarakan di Hangzhou, Cina, menambahkan lingkaran kepemimpinan eksekutif di seluruh dunia yang dibutuhkan untuk membayar lebih memperhatikan risiko. Juru bicara gedung putih, Josh Earnest mengatakan dalam konferensi pers, Obama akan mengagendakan isu ini ketika bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping.