Rabu 31 Aug 2016 17:59 WIB

Rusia Tunggu Kesiapan Indonesia Bangun PLTN

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Foto: AP/Julie Jacobson
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan Rusia sedang menunggu kesiapan Pemerintah Indonesia untuk dapat membangun teknologi perangkat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

"Kami sudah berkali-kali menawarkan proposal kerja sama di bidang PLTN, dan kami juga sering memberikan sosialisasi tentang keuntungan menggunakan nuklir, kapanpun Indonesia siap, akan kami bantu," kata Galuzin usai menggelar dialog dengan wartawan di kediamannya Jakarta Selatan, Rabu (31/8).

Ia menjelaskan kerja sama tersebut masih terbentur dengan kebijakan Indonesia yang belum memberikan porsi lampu hijau untuk nuklir dan berkategori berbahaya. "Banyak yang sudah bekerja sama dengan kami (Rusia) seperti Jepang, Cina dan lainnya tidak ada masalah dengan hal itu," katanya.

Baca: Dubes Rusia: Misi Kemanusiaan di Aleppo Hadapi Masalah Berat

Ia juga menilai Indonesia masih diuntungkan dengan penggunaan pembangkit listrik bertenaga tradisional seperti air, angin dan uap. Galuzin menawarkan, jika perlu, dari segi pelayanan akan dibantu Rusia secara keseluruhan, mulai dari pembangunan hingga pengisian nuklir demi alasan keamanan.

Duta besar negeri Beruang Merah ini juga mengapresiasi atas langkah Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang telah mempersiapkan penelitian tentang PLTN.

Sebelumnya, Perusahaan nuklir Rusia Rosatom dan Dewan Pembangunan Berkelanjutan Nasional Kamboja memperkuat kerja sama di bidang energi nuklir termasuk mempelajari kegunaan atom untuk tujuan damai seperti pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir.

Menteri Lingkungan Hidup Kamboja yang juga Ketua Dewan Nasional Pembangunan Berkelanjutan Kamboja Say Samal menjelaskan, kerja sama dengan Rusia merupakan upaya Kamboja untuk memajukan sosio-ekonomi, memodernisasi ekonomi, dan meningkatkan ilmu pengetahuan serta mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam. Dalam jangka panjang, menurut Say Samal, teknologi nuklir bisa memenuhi permintaan energi Kamboja yang terus meningkat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement