Kamis 01 Sep 2016 11:05 WIB

Senat Makzulkan Rousseff karena Langgar UU APBN

Presiden Brasil Dilma Rousseff dipeluk mantan menteri Aldo Rebelo setelah menyampaikan pidato kepada pendukung di kediaman resmi Istana Alvorada di Brasilia, Brazil, Rabu, 31 Agustus 2016. Pidato itu yang pertama setelah ia dilengserkan senat.
Foto: AP Photo/Leo Correa
Presiden Brasil Dilma Rousseff dipeluk mantan menteri Aldo Rebelo setelah menyampaikan pidato kepada pendukung di kediaman resmi Istana Alvorada di Brasilia, Brazil, Rabu, 31 Agustus 2016. Pidato itu yang pertama setelah ia dilengserkan senat.

REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Senat Brasil pada Rabu (31/8) melengserkan Presiden Dilma Rousseff dari posisinya karena dinilai melanggar undang-undang anggaran negara. Keputusan itu mengakhiri proses pemakzulan yang telah membelah Brasil selama sembilan bulan di tengah berbagai skandal korupsi besar.

Keputusan pemakzulan itu didapatkan dalam pemilihan oleh anggota Senat yang berakhir dengan 61-20. Rousseff dinilai telah secara ilegal menggunakan uang dari sejumlah bank negara untuk memperbesar belanja publik.

Dengan demikian, berakhir sudah kekuasaan partai bergaris kiri, Partai Buruh, yang selama 13 tahun terakhir berhasil menempatkan kadernya di posisi tertinggi di negara dengan perekonomian terbesar kawasan Amerika Latin tersebut.

Tokoh kubu konservatif, Michel Tener, mantan wakil presiden yang untuk sementara menggantikan peran Rousseff sejak Mei lalu, akan diambil sumpahnya pada Rabu untuk meneruskan periode kepresidenan sampai 2018 mendatang. Rousseff lolos dari larangan menduduki jabatan publik selama delapan tahun.

Baca: Kongres Lantik Temer Usai Lengserkan Presiden Rousseff

Presiden perempuan pertama Brasil itu membantah telah melakukan kesalahan dan menyatakan proses pemakzulan itu sebenarnya ditujukan untuk melindungi kepentingan elit ekonomi di Brasil. "Mereka yang menginginkan diriku lengser adalah sekelompok orang yang ingin menghapus program sosial yang berhasil mengangkat jutaan warga Brasil dari kemiskinan selama satu dekade terakhir," kata Rousseff.

Di sisi lain, musuh politik Rousseff berargumen pemakzulan terhadap presiden merupakan kesempatan bagi Brasil untuk memulai babak baru usai terjadinya krisis politik, resesi ekonomi terburuk dalam satu generasi, dan skandal korupsi yang melibatkan perusahaan minyak negara Petrobas.

Sementara itu di ibu kota Brasil, para pengendara sepeda motor berpawai untuk merayakan turunnya presiden yang popularitasnya turun sampai level di bawah 10 persen sejak memenangi pemilu 2014. Di kota terbesar Brasil, Sao Paulo, sejumlah warga menyalakan petasan untuk merayakan keputusan Senat.

Pengganti Rousseff, Temer, berjanji akan memulihkan perekonomian yang terus menurun selama enam kuartal terakhir. Dia juga akan menerapkan kebijakan pengetatan ikat pinggang demi menyeimbangkan anggaran negara yang saat ini mengalami defisit.

Meski demikian, Temer akan menghadapi perlawanan sengit dari Partai Buruh yang berjanji akan menggelar demonstrasi di jalanan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement