Sabtu 03 Sep 2016 17:43 WIB

Lokasi G20 di Cina Jadi 'Kota Hantu'

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas melakukan pengamanan di Kota Hangzhou sebelum digelarnya pertemuan G20, Ahad (3/9).
Foto: Reuters/Aly Song
Petugas melakukan pengamanan di Kota Hangzhou sebelum digelarnya pertemuan G20, Ahad (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, HANGZHOU -- Kota Hangzhou, Cina berubah jadi kota hantu menjelang Konferensi Tingkat Tinggi G20, Sabtu (3/9). Hangzhou dikosongkan sebagai kota tuan rumah yang akan menjamu para pemimpin dunia anggota G20.

Pemerintah Cina meminta penduduk pergi sejenak untuk meningkatkan keamanan. Konferensi akan digelar pada Ahad dan Senin. Tampak suasana kota lengang dan bersih dalam beberapa hari terakhir. Jalan utama dan mal-mal utama Hangzhou yang biasanya padat kini lengang.

Hanya sejumlah mobil yang berlalu lalang. Toko-toko pun sebagian besar tutup. Padahal, Hangzhou adalah kota dengan populasi sembilan juta orang. Situs konstruksi diminta berhenti beroperasi sejenak, padahal biasanya pekerja tidak pernah berhenti.

Lebih dari 200 pabrik baja di seluruh distrik ditutup sebagai bagian dari janji pemerintah untuk mengurangi polusi selama dua hari konferensi. "Semuanya sekarang agak kurang berkenan, tapi kami semua mengerti," kata agen real estate di Hangzhou, Liu Wenchao.

Ia mengaku paham para pemimpin dari 20 negara ekonomi terbesar dua akan hadir. Sehingga otoritas Cina perlu memastikan keamanan para tamu kehormatan ini. Hangzhou merupakan salah satu kota turis yang populer.

Baca juga, Jokowi Bertolak ke Cina Hadiri KTT G20.

Kota ini juga rumah bagi perusahaan e-commerce raksasa Alibaba Group Holdings dan sejumlah pabrik tekstil juga baja. Penduduk Hangzhou meninggalkan kota setelah otoritas mengumumkan hari libur sepekan penuh selama konferensi.

Otoritas juga menutup objek wisata terkenal West Lake yang indah agar penduduk tidak menetap di kota. Otoritas bahkan menawarkan voucher liburan seharga hampir 10 milyar yuan agar penduduk pergi keluar kota.

Selama sepekan terakhir, polisi melakukan pemeriksaan keamanan di jalan-jalan. Sejumlah relawan penjaga keamanan juga tampak rutin berpatroli. Dua relawan mengatakan pada Reuters bahwa mereka tidak diizinkan mengambil video rekaman di area permukiman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement