REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kelompok negara-negara 20 (G20) bersepakat untuk mengatasi krisis pengungsi dari berbagai negara dengan tujuan ke bebagai wilayah lainnya.
"Kita sedang menghadapi arus pengungsi yang cukup besar, lebih besar pasca perang dunia kedua, terutama arus pengungsi akibat konflik. Ini merupakan keprihatinan global yang harus diatasi bersama-sama,"demikian hasil komunike pemimpin negara G20 yang diterima Selasa (6/9), usai penutupan resmi KTT ke-11 G20 di Hangzhou, Provinsi Zhejiang, Cina, Senin (5/9) malam.
Para pemimpin negara-negara G20 dalam komunike yang dihasilkan mengajak seluruh anggotanya untuk memperkuat kerja sama bantuan kemanusiaan bagi pemukiman para pengungsi. G20 juga mengajak seluruh negara baik secara mandiri maupun kolektif untuk bersama-sama dengan lembaga internasional lainnya, memberikan bantuan kepada negara yang terdampak krisis pengungsi.
"G20 mengajak semua negara dan pihak terkait untuk merumuskan solusi jangka panjang, terutama bagi krisis pengungsi yang berlarut-larut," kata komunike tersebut.
Kelompok negara-negara 20, menyampaikan pujiannya kepada semua pihak yang telah berupaya menyelesaikan krisis pengungsi tersebut dan meminta Bank Dunia serta seluruh organisasi internasional lainnya, serta pemangku kepentingan global lainnya untuk merumuskan landasan bersama bagi penyelesaian jangka panjang bagi krisis pengungsi.
"Landasan bersama penyelesaian masalah pengungsi tersebut termasuk dukungan bagi para pengungsi dan negara asal pengungsi. G20 akan terus mendorong upaya nyata penyelesaian masalah pengungsi dan persoalan migrasi pada 2017," demikian komunike menyebutkan.
Krisis pengungsi menjadi salah satu tantangan, bagi pemulihan ekonomi dunia yang harus dihadapi G20. Krisis pengungsi menjadi debat hangat di parlemen di Berlin, Athena, Paris, London atau juga Brussel. Sementera Uni Eropa masih berkutat pada perdebatan aturan kuota serta tindakan darurat.