Selasa 06 Sep 2016 13:54 WIB

Begini Cara Cina Kosongkan Kota demi KTT G20

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Polisi menutup West Lake sebelum KTT G20 digelar di Hangzhou, Cina, 3 September 2016..
Foto: reuters
Polisi menutup West Lake sebelum KTT G20 digelar di Hangzhou, Cina, 3 September 2016..

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING --  Konferensi Tingkat Tinggi G20 telah rampung digelar di Hangzhou, Cina. Pada Senin (5/9) malam, Presiden Xi Jinping memuji penyelenggaraan acara yang lancar dan aman.

Ia mengatakan Cina telah sukses menjadi tuan rumah acara global. Selama dua hari belakangan, pemimpin dunia, koresponden dan jurnalis asing dibuat takjub dengan Hangzhou yang biasanya ramai khas kota metropolitan menjadi sangat rapi, bersih dan kosong.

Kota metropolitan yang terbuat dari rasa tradisional dan teknologi itu disulap oleh otoritas menjadi kota hantu yang sepi demi kelancaran acara. Pada jurnalis, Xi berterima kasih karena telah menunjukkan kesuksesan Cina menggelar KTT.

"Anda telah merekam momen yang menakjubkan dalam kepemimpinan Cina di G20," kata Xi di tempat acara yang sudah kosong ditinggalkan pesertanya, dikutip dari The Guardian, Senin (5/9).

Lebih lanjut ia mengatakan semua ini tak lepas dari kerja keras jurnalis dalam meliput acara. Kesuksesan Cina ini tak lepas dari upaya mengosongkan kota. Hangzhou yang dihuni sekitar enam juta orang itu diliburkan selama sepekan sebelum acara. Sekolah, pusat perbelanjaan, pusat bisnis hingga pabrik-pabrik diminta tidak beroperasi.

Warga memadati stasiun kereta di Huangzhou sehari sebelum perhelatan G20 digelar.

Lebih dari sepertiga populasi Huangzhou diyakinkan untuk meninggalkan kota sebagai bagian dari apa yang media negara sebut eksodus besar-besaran. Mobil-mobil dipaksa keluar dari jalan.

Ribuan penduduk diperintahkan mengosongkan apartemen mereka yang menjulang tinggi mengelilingi pusat konferensi G20. Warga yang tak setuju menjadi tahanan rumah atau dipaksa meninggalkan kota dengan pengawalan personel keamanan.

Seluruh lingkungan kosong setelah para pekerja migran dipaksa keluar kota. Pabrik-pabrik dan kantor diminta tutup untuk mengurangi polusi dan menjaga langit tetap biru.

Seorang pemilik toko mie, Li Yindeng mengatakan pada New York Times ia dilarang membuka toko. "Mereka mengatakan ini adalah hal yang terjadi sekali seumur hidup, jika sesuatu terjadi pada Obama di sini, para pejabat akan dipecat, jadi tolong tutup," kata Li meniru ucapan otoritas.

Memaksa warga meninggalkan kota bukan satu-satunya taktik yang digunakan untuk memastikan debut Cina sebagai tuan rumah G20. Momen tersebut menjadi kesempatan untuk meningkatkan reputasinya sebagai kekuatan besar. Sebuah operasi keamanan besar juga telah diluncurkan, dengan pasukan khusus bersenjata menjaga pintu masuk ke kota dan tim Swat kepolisian di persimpangan di kota.

Keamanan ditingkatkan di setiap suduh Hangzhou. Otoritas bahkan merekrut 760 ribu relawan dari masyarakat sipil dikerahkan menjadi mata-mata dan mengawasi kota.. Saking sepinya kota, jurnalis asing bahkan kesulitan mencari narasumber sipil.

Namun upaya otoritas ini membuahkan hasil. Karena sepertinya para pengunjung asing tidak akan bisa melupakan dua hari yang khusus dipersiapkan untuk mereka di Hangzhou.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement