Jumat 09 Sep 2016 01:02 WIB

Uni Eropa Beri Bantuan 348 Juta Euro untuk Pengungsi Suriah di Turki

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Nidia Zuraya
 Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri.  (REUTERS/Umit Bektas)
Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri. (REUTERS/Umit Bektas)

REPUBLIKA.CO.ID,  BRUSSELS -- Uni Eropa memberikan bantuan 348 juta euro atau senilai Rp 5 triliun untuk bantuan kemanusian pengungsi Suriah di Turki. Bantuan tersebut diumumkan melalui kontrak kepada organisasi program pangan dunia (WFP) yang berada di bawah naungan Persatuan Bangsa Bangsa, sebagai bagian dari kerjasama migrasi Uni Eropa dengan Turki.

Bantuan uang sebagai bagian dukungan tiga miliar euro untuk tiga juta pengungsi dari Suriah yang tinggal di Turki sebagaaimana dijanjikan Uni Eropa, imbalan atas bantuan Turki membatasi pengungsi ke wilayah Eropa.

"Ini adalah program kemanusiaan terbesar di Uni Eropa yang pernah dibiayai," kata Komisi Bantuan Kemanusiaan dan Manajemen Krisis, Christos Stylianides saat mengumumkan kesepakatan seperti dilansir Reuters, Kamis (8/9).

Menurutnya, Uni Eropa memelihara janjinya dalam membantu Turki mengatasi populasi pengungsi terbesar di Dunia. WFP bersama organisasi BUlan Sabit Merah Turki akan menggelar sebuah sistem untuk para pengungsi dan akan mendapatkan kartu pra-bayar untuk menutupi biaya makan, perumahan, sekolah, atau biaya kesehatan di Turki.

Sebagian besar pengungsi Suriah sendiri kebanyakan hidup di kamp luar. Stylianides mengatakan, memungkinkan pengungsi untuk memilih apa yang mereka beli adalah penting dalam membantu orang-orang tertekan dengan rasa harga diri dan bisa membantu hubungan mereka dengan masyarakat lokal.

Komisaris Siprus mengatakan Uni Eropa sangat jauh dari kontrak yakni 652 juta euro untuk pengungsi di Turki. Namun, Ankara mengeluh uang mengalir secara perlahan karena sejauh ini hanya 181 juta euro yang telah dicairkan.

Uni Eropa bergantung pada Ankara dalam kesepakatan migrasi, setelah kedatangan massa pada tahun 2015, Uni Eropa juga berjanji akan meningkatkan bantuan dan juga dalam pembicaraan liberalisasi visa untuk orang Turki.

Namun terhenti sebelum jeda musim panas dan hubungan antara Uni Eropa dan Ankara memburuk setelah kudeta gagal di Turki pada bulan Juli.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement