REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Hillary Clinton menegaskan tidak akan mengirim pasukan darat ke Irak dan Suriah untuk memerangi ISIS.
"Saya mengatakan hal ini berulang kali. Saya berpendapat mengirim pasukan Amerika Serikat dalam jumlah besar ke Irak dan Suriah bukan cara terbaik untuk memerangi ISIS dan kelompok teroris lain," kata Hillary dalam jumpa pers di New York, Kamis (8/9).
Hillary menjelaskan pengiriman pasukan darat Amerika Serikat justru akan memenuhi keinginan terbesar ISIS untuk membawa negara tersebut dalam peperangan panjang di Timur Tengah. Namun, Hillary juga menyatakan tetap bertekad melanjutkan strategi anti-ISIS dari Presiden Barack Obama meski kebijakan tersebut dikritik Partai Republik karena tidak mampu secara efektif mengalahkan kelompok itu hingga kini.
"Saya mendukung serangan dari udara. Saya mendukung keterlibatan Pasukan Khusus. Saya mendukung kebijakan pengintaian, intelijen, dan penyusupan," kata dia.
"Saya sangat siap untuk melakukan apa pun demi mendukung negara-negara Arab dan pejuang-pejuang Kurdi yang berperang di darat untuk merebut kembali semua infrastruktur yang kini dikuasai oleh ISIS, dengan kekuatan udara Amerika Serikat," kata Hillary, dengan menambahkan dirinya juga akan menyetujui pembunuhan dengan sasaran para pemimpin ISIS.
Sekitar 5.000 tentara Amerika Serikat di Irak dan beberapa ratus lagi di kawasan utara Suriah. Gedung Putih tidak menghitung mereka sebagai "tentara darat" dengan alasan mereka bukan merupakan tentara perang dan hanya terlibat dalam membantu dan melatih pasukan lokal memerangi ISIS.