Senin 12 Sep 2016 19:35 WIB

Eksklusif : Testimoni Ulama Irak tentang Saddam Hussein

Syekh Abdurrahman as-Sa'di
Foto:

Bisa Anda ceritakan bagaimana kondisi Irak sebelum Agresi AS pada 2003?

Sebelum Agresi AS 2003, semua entitas mazhab yang berbeda di Irak hidup berdampingan. Tak ada perpecahaan antara Sunni dan Syiah, atau antara Kurdi dan Arab, Kristen dan Islam di akar rumput.

Sebatas apa yang saya ketahui, semuanya baik-baik saja. Bahkan banyak terjadi pernikahan antara pasangan suami dan istri dari Sunni atau Syiah, perdagangan, dan hidup bertetangga dengan damai.

Agresi AS, benar-benar telah mengobarkan api perpecahan luar biasa di tengah-tengah kehidupan harmonis kami. Ambisi politik muncul dan menumbuhkan sentimen sekte masing-masing.

Persaingan politik yang diintervensi oleh negara-negara luar, baik dari Barat, atau kubu Iran, membuat suasana damai dan tenteram yang terbangun selama ini, terusik.

Sebagai konsekuensi dari pertarungan dan perebutan hegemoni politik itu, tumbuh sentimen sekte dan mazhab.

Dalam pandangan Anda, apa agenda utama AS di balik agresi mereka tersebut?

Sebagian besar penduduk Irak adalah Arab bermazhab Sunni, lebih dari 40 persen, sedangkan 25 persen adalah Kurdi. Sisanya adalah entitas Syiah.

Barat saya rasa tak hanya ingin mencabut akar sejarah peradaban di Irak dengan menghancurkan atau merampas warisan-warisan bersejarah, tetapi lebih dari itu, saya membaca mereka hendak mencabut akar sejarah Ideologi Sunni dan membenturkannya dengan entitas lain, seperti Syiah, misalnya. Kekuatan Islam sangat ditakutkan bersatu.

Persatuan Islam, mengancam eksistensi Israel. Dan ingatlah, Saddam, pada akhir usianya, berusaha keras mewujudkan kemerdekaan Palestina.

Tujuan pembumihangusan Irak, adalah melindungi dan mengamankan kepentingan Israel. Kita bisa membaca penolakan keras Saddam dan bangsa Irak, atas Perjanjian Camp David yang sangat menguntungkan Israel.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement