Selasa 13 Sep 2016 20:35 WIB

AS-Israel Sepakati Bantuan Militer 10 Tahun

Presiden Barack Obama bersalaman dengan PM Israel Benjamin Netanyahu di Oval Office, Gedung Putih, Washington, Senin (9/11). Kedua pemimpin pertama kali bertemu sejak satu tahun lalu.
Foto: AP Photo/Andrew Harnik
Presiden Barack Obama bersalaman dengan PM Israel Benjamin Netanyahu di Oval Office, Gedung Putih, Washington, Senin (9/11). Kedua pemimpin pertama kali bertemu sejak satu tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat dan Israel mencapai kesepakatan final soal paket bantuan militer AS senilai 38 miliar dolar AS.

Seorang sumber yang dekat dengan perkara tersebut mengatakan kepada Reuters, Selasa (13/9), perjanjian selama 10 tahun tersebut akan ditandatangani dalam beberapa hari mendatang.

Kesepakatan yang dikenal dengan nota kesepahaman itu akan memberi bantuan sebesar 3,8 miliar dolar AS per tahun, naik dari 3,1 miliar dolar AS tahun lalu. Kesepakatan terakhir akan berakhir pada 2018.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu awalnya menargetkan memperoleh 4,5 miliar per tahun.

Baca: Sejarah Hari Ini: Palestina-Israel Tanda Tangani Deklarasi Prinsip

Paket baru tersebut untuk pertama kalinya akan menggabungkan uang untuk pertahanan rudal Israel, yang sampai sekarang telah didanai secara ad hoc oleh Kongres. Snggota parlemen AS dalam beberapa tahun terakhir memberikan Israel hingga 600 juta dolar AS dana diskresioner tahunan untuk tujuan ini.

Kesepakatan tidak akan ditandatangani oleh Obama dan Netanyahu, melainkan oleh pejabat berpangkat rendah, seperti yang dilakukan terhadap perjanjian sebelumnya.

Kesepakatan tersebut menggambarkan bantuan militer AS terbesar yang pernah dibuat dengan negara manapun. Perjanjian ini juga merupakan pengakuan terbesar terhadap Netanyahu.

Baca: Duterte Minta Pasukan Militer AS Keluar dari Pulau Filipina

Sumber itu mengatakan persetujuan Israel yang tidak akan mencari dana tambahan dari Kongres dan kesepakatan khusus yang mengizinkan Israel menggunakan sebagian dana bantuan AS dalam industri pertahanannya.

Ajudan Presiden AS Barack Obama menginginkan kesepakatan baru itu diteken sebelum masa jabatan Obama habis. Perjanjian bari tersebut dipandang sebagai warisan Obama yang penting.

Kritik dari Republik menuduh Obama tidak cukup memberi perhatian terhadap keamanan Israel, hal yang dibantah Gedung Putih.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement