REPUBLIKA.CO.ID, Satu pekan setelah memenangkan peperangan berdarah atas tentara Rusia dalam Pertempuran Borodino, pasukan Napoleon Bonaparte memasuki Kota Moscow, pada 14 September 1812. Moskow menjadi target utama invasi yang dilakukan Napoleon.
Namun, kota ini menjadi kota mati karena tidak adanya pemerintahan. Di sini juga tidak tersedia toko-toko dan persediaan makanan untuk dikonsumsi tentara Prancis selepas berperang.
Dilansir dari History, pasukan Napoleon tinggal di Moskow tanpa ada sarana untuk bertahan hidup. Terlebih saat itu mereka harus menghadapi musim dingin Rusia.
Pada 24 Juni, Napoleon memerintahkan pasukannya untuk menggempur Rusia. Ia membawa lebih dari 500 ribu tentara unggulan, termasuk dari Prusia, Austria, dan negara-negara lain yang ada di bawah kekuasaan kekaisaran Prancis.
Kekuatan militer Napoleon terletak pada kemampuannya menyerang dengan cepat. Pasukan Rusia bahkan berhasil dipukul mundur dari negaranya sendiri.
Namun, Rusia menggunakan strategi "bumi hangus," yaitu dengan membakar semua wilayah dan persediaan makanan, sehingga Prancis tidak akan mendapatkan pasokan makanan. Pasukan Napoleon semakin kesulitan karena telah memasuki Rusia lebih dalam.
Di Moskow, tentara Prancis mengalami peristiwa pembakaran massal yang diduga sengaja dilakukan polisi militer Rusia. Napoleon dan pasukannya terpaksa melarikan diri ke pinggiran Moskow dan hampir terserang sesak napas.
Selanjutnya: Kongo Didera Kudeta Militer Usai Merdeka