REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Kementerian Luar Negeri Arab Saudi pada Selasa (13/9) menuntut Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad agar berpegang pada gencatan senjata demi kepentingan rakyat Suriah, kata Saudi Press Agency.
Satu sumber resmi dari Kementerian tersebut menyatakan Arab Saudi mendukung pelaksanaan gencatan senjata sementara di Suriah. Sumber itu mengatakan gencatan senjata tersebut akan memberi sumbangan bagi meredanya penderitaan rakyat Suriah.
Arab Saudi juga menekankan pentingnya untuk mematuhi gencatan senjata oleh Pemerintah Bashar dan sekutunya. Ia menambahkan gencatan senjata itu akan membantu dimulainya kembali proses politik di Suriah, yang akan membawa kepada peralihan kekuasaan secara damai.
Baca: Situasi Gencatan Senjata Suriah Dramatis
Gencatan senjata diberlakukan pada Senin malam, setelah diperantarai oleh Rusia dan Amerika Serikat. Pada Sabtu dini hari (10/9), Amerika Serikat dan Rusia mengumumkan kesepakatan bersejarah telah dicapai mengenai gencatan senjata di seluruh wilayah Suriah, yang menandai awal Idul Adha.
Militer Suriah mengumumkan pemberlakuan gencatan senjata di seluruh negeri itu selama tujuh hari, mulai Senin (12/9), kata kantor berita resmi Suriah SANA. Penghentian pertempuran dimulai sejak Senin pukul 07.00 waktu setempat, dan berlaku hingga 19 September.
Sekalipun gencatan senjata tersebut dilanggar lebih dari satu kali pada Selasa, tapi kebanyakan bentrokan telah reda, dan Kota Aleppo di Suriah Utara menghadapi suasana tenang dalam hal suara ledakan bom mortir. Kota itu dipenuhi suara berisik dan sibuk orang yang merayakan Idul Adha di Kabupaten Mokambo.