REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Parlemen Inggris menyalahkan adanya intervensi negara itu dalam konflik di Libya pada 2011 lalu. Intervensi yang diperintahkan oleh mantan perdana menteri David Cameron tersebut telah menimbulkan krisis besar bagi Libya, serta keruntuhan ekonomi.
Inggris dan Prancis memimpin upaya internasional dalam membantu menggulingkan Presiden Libya Muamar Qadafi. Dengan mengerahkan jet tempur, kedua negara menggempur tentara Qadafi dan menggulingkannya.
Sejak itu, Libya mengalami kekacauan. Mulai dari mantan pemberontak yang masih berupaya memperebutkan wilayah kekuasaan, kedatangan kelompok militan seperti Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), hingga negara itu menjadi jalur penyelundupan manusia ke Eropa.
Cameron yang memimpin Inggris dari 2010 hingga Juli lalu memiliki peran sangat menentukan dalam keputusan intervensi. Komite Urusan Luar Negeri di parlemen Inggris mengatakan harus ada bentuk tanggung jawab yang dilakukan negara itu untuk mengatasi krisis Libya.
Baca juga, Libya Kandidat Kuat Markas Baru ISIS.
"Tindakan Inggris adalah bagian dari intervensi yang disalahpahami dan hasilnya masih terlihat sangat buruk hingga saat ini," ujar ketua komite sekaligus anggota dari partai konservatif, Crispin Blunt dalam laporan yang dirilis Rabu (14/9).
Laporan itu juga menyebutkan Pemerintah Inggris, di masa kepemimpinan Cameron, gagal mengidentifikasi laporan intelijen akan ada ancaman besar-besaran terhadap warga sipil pascaintervensi.