REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Suriah memperlihatkan penurunan kekerasan secara berarti dalam 24 jam sejak gencatan senjata diberlakukan, kata Duta Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, Selasa.
Meskipun terdapat sejumlah kekerasan setelah matahari terbenam pada Senin, pada pagi dini hari, hampir tidak terdengar suara tembakan dan sejumlah truk bantuan PBB seharusnya dapat bergerak dengan segera jika pemerintah Suriah mengeluarkan izin, katanya.
"Hari ini tampak tenang di Hama, Latakia, Aleppo dan pinggiran Aleppo serta Idlib, dengan hanya sedikit kegiatan setempat dan sejumlah kejadian kecil," kata de Mistura kepada wartawan di Jenewa.
"Sejumlah sumber di lapangan, yang melakukan kegiatan, termasuk yang ada di Aleppo, mengatakan bahwa keadaan meningkat dengan tidak ketiadaan serangan udara," katanya, dikutip Antara News.
Damaskus dan Suriah tengah juga dalam keadaan tenang namun terdapat beberapa laporan adanya bentrokan antara pasukan pemerintah dengan oposisi di sekitar Harasta dan adanya pertempuran di Quneitra antara pasukan pemerintah dengan Front Nusra, sebuah kelompok yang tidak diikutsertakan dalam gencatan senjata dan telah merubah nama kelompoknya dengan nama Jabhat Fateh Al Sham.
Sejumlah bagian yang rentan dalam kesepakatan itu adalah untuk mencegah pertempuran membesar dan untuk memisahkan para kelompok oposisi bersenjata yang memantai gencatan senjata itu dari mereka yang tidak, terutama kelompok militan Jabhat Fateh Al Sham yang kuat.
De Mistura mengatakan itu perlu diselesaikan dalam kurun waktu satu minggu, yang dapat menjadi satu tantangan. Jika gencatan senjatanya berjalan, bantuan PBB dapat dikerahkan dengan sangat segera, dan penduduk Suriah dapat melihat tidak ada lagi bom dan lebih banyak truk.
"Namun apa yang masih kurang adalah surat izin dari pemerintah," katanya, "Kami belum menerima surat izin itu namun kami sangat mengharapkannya dan berharap pemerintah akan mengeluarkannya dengan segera."