REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Indonesia telah mengindikasikan akan mengeluarkan izin yang memungkinkan impor 700 ribu ekor sapi Australia tahun depan.
Menurut laporan media berbahasa Inggris lokal, Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan jumlah impor ternak hidup serta pasokan daging kerbau India untuk membantu mengurangi kenaikan harga daging sapi di negaranya.
"Pemerintah telah merevisi rencana untuk mengimpor daging kerbau dari India. Pemerintah Indonesia sekarang mengharapkan untuk mengimpor 100 ribu ton daging pada Juni 2017, dan bukannya mengimpor 80 ribu ton daging tahun ini," tulis portal The Jakarta Globe.
Para eksportir ternak hidup Australia mengatakan, mereka merasa "termotivasi" oleh berita itu, tapi sedang menunggu konfirmasi. Industri ini masih belum menerima izin ekspor ternak ke Indonesia untuk trimester ketiga (T3) saat ini secara resmi.
Harapan agar izin diterbitkan awal tahun
Stuart Kemp dari Asosiasi Eksportir Ternak Hidup Wilayah Utara Australia (NTLEA) mengatakan 700 ribu ekor adalah jumlah yang baik dan mudah-mudahan bisa dicapai. Ia menuturkan, industrinya akan tertarik untuk melihat izin yang dikeluarkan pada awal tahun, ketimbang sistem izin saat ini yang dialokasikan setiap empat bulan.
"Pengumuman apa pun untuk 2017 akan fantastis [dan] jika mereka mengatakan, 'ini adalah izin Anda untuk tahun depan, mereka berlaku mulai 1 Januari, tapi ini mereka, siap untuk diberlakukan'," tutur Stuart.
"Saat ini, kami masih dalam keadaan, setengah perjalanan hingga September, tanpa izin [untuk T3]. Setiap hari [tanpa izin] yang berlalu, hal itu mulai membuat eksportir lebih cemas tentang apakah mereka akan bisa mengekspor tepat waktu atau tidak," jelas Stuart Kemp.
Stuart mengatakan, pengenalan daging kerbau India sedang diawasi ketat oleh industri untuk melihat kemungkinan dampaknya di pasar. "Semua pasar kami ke utara cukup sensitif terhadap harga dan beberapa inisiatif yang telah dibawa oleh Pemerintah Indonesia ini telah bereaksi terhadap tingginya harga sapi Australia kami," sebutnya.
"Tapi sapi hidup tetap produk pilihan. Saya pikir jika mereka telah memutuskan, mereka pasti ingin mendapat sebanyak mungkin daging sapi Australia sehat berkulitas baik," sambungnya.
Sejumlah kemungkinan perubahan
Menurut media berbahasa Inggris lokal, Pemerintah Indonesia mendorong pembeli ternak sapi untuk memulai peternakan mereka sendiri demi membantu mengurangi ketergantungan impor dari Australia. Menteri Perdagangan Indonesia, Enggartiasto Lukita mengatakan kepada media lokal untuk setiap lima sapi impor, peternakan setidaknya membutuhkan satu hewan untuk tujuan pembibitan.
Stuart mengatakan, ada sejumlah perubahan potensial yang sedang terjadi, tetapi industrinya benar-benar harus menunggu dan melihat. "Tahun lalu, hal yang sama terjadi, ketika mantan Menteri Perdagangan Indonesia menyuarakan opsi [izin tahunan] itu adalah prospek masa depan," ujar Stuart Kemp.
"Mereka kemudian mengumumkan sejak awal mereka ingin 600 ribu ekor sapi untuk tahun itu dan dibagi dalam trimester, yang merupakan langkah besar, berubah dari [izin yang dikeluarkan setiap] kuartal ke tiga bulanan,” terangnya.
Stuart mengutarakan, "Percakapan sejenis itu terjadi saat ini –kemungkinan kembali ke sistem tahunan -tapi mereka juga berusaha untuk menghubungkannya dengan beberapa inisiatif lain dan kami akan melihat bagaimana akhirnya."
Industri ekspor ternak hidup Australia mengharapkan Indonesia mengeluarkan sekitar 150 ribu izin untuk trimester ketiga saat ini.