Jumat 16 Sep 2016 08:37 WIB

Menlu Retno: Gerakan Non-Blok Harus Berperan Strategis

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.
Foto: Republika/ Wihdan
Retno Lestari Priansari Marsudi - Menteri Luar Negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, PULAU MARGARITA -- Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (GNB) akan segera digelar pada 17-18 September 2016 di Pulau Margarita, Venezuela. Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi hadir dalam pertemuan awal para menteri negara yang tergabung dalam GNB.

Sebelum konferensi, Retno berbicara dalam pertemuan tingkat tinggi tersebut. "Pada abad 21 seperti ini, Gerakan Non-Blok (GNB) harus memainkan peran strategis, menjadi mitra global yang bertanggung jawab dan memberi manfaat bagi rakyatnya" kata Retno dalam pernyataan yang diterima Republika.co.id, Jumat (16/9).

KTT GNB 2016 merupakan yang ke-17 dengan tema "Peace, Sovereignty and Solidarity for Development". Retno mengatakan tema perdamaian, kedaulatan dan solidaritas bagi pembangunan sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pembentukan GNB.

Meski demikian, ia mengakui meski telah berusia 55 tahun GNB, dunia masih dibayangi dengan kurangnya perdamian, belum tercapainya kedaulatan dan solidaritas. "Hal ini dapat dilihat dari berbagai tantangan dan krisis yang dihadapi dunia saat ini, seperti ketidakseimbangan politik dan ekonomi global, krisis pengungsi, ancaman dari terorisme, radikalisme dan ektrisme serta konflik dan ketidak percayaan antar negara termasuk diantara negara GNB," katanya.

Retno menekankan perlu ada perubahan pola pikir pada negara GNB. Pasalnya, dunia saat ini memerlukan GNB yang berwawasan luas, pragmatis, inovatif dan efisien. Dalam upaya memujudkan, Retno meminta seluruh negara anggota GNB mendorong tiga langkah nyata.

Pertama, GNB perlu memperkuat semangat multilateralisme. Seluruh negara memiliki suara yang sama. Kedua, GNB juga harus memberikan kontribusi terhadap upaya penanganan tantangan ekonomi global melalui kemitraan global yang melibatkan seluruh pihak, termasuk kerjasama antar negara maju dan berkembang.

Ketiga, negara-negara GNB juga perlu segera melakukan benah diri internal terkait cara kerja GNB agar tidak terjebak menjadi talk shop organization. Benah diri sangat diperlukan agar GNB menjadi organisasi yang memiliki kredibilitas tinggi, relevan, dan efektif dalam penanganan masalah global.

"Anggota GNB harus memimpin dengan memberi contoh memastikan nilai-nilai yang diperjuangkan di tingkat global diterapkan di negaranya masing-masing, menyelesaikan berbagai masalah yang ada di dalam negeri dan dikawasannya" katanya.

Pada kesempatan pertemuan menteri GNB, Retno juga menyampaikan rencana pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2020. KTT GNB ke-17 akan dipimpin oleh Presiden Venezuela, Nicolas Maduro Moros. Maduro akan menjadi Ketua GNB periode tahun 2016-2019 menggantikan Iran yang telah menjadi Ketua GNB sejak tahun 2012. Delegasi RI direncanakan akan dipimpin oleh Wakil Presiden RI Muhammad Jusuf Kalla.

KTT akan mengesahkan Dokumen Akhir yang berisi pandangan negara-negara GNB terhadap berbagai permasalahan global. Selain itu akan ada Deklarasi Margarita yang berisi penegasan seluruh Kepala Negara/Pemerintah negara GNB mengenai berbagai prinsip serta nilai-nilai bersama GNB serta beberapa tantangan global yang menjadi perhatian bersama seluruh anggota GNB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement