REPUBLIKA.CO.ID, MARGARITA - Pulau Margarita di Venezuela sempat menjadi tempat favorit wisatawan mancanegara untuk berlibur. Pulau ini memberikan pemandangan air laut berwarna biru yang berkilau serta pasir pantai yang putih.
Namun sekarang, sektor pariwisata di pulau ini tengah dilanda krisis ekonomi. Hotel-hotel tidak bisa memenuhi kolam renang dan toilet dengan air, bahkan juga tidak bisa lagi menyediakan layanan makanan bagi pengunjung.
Masyarakat Venezuela harus mengatasi krisis sebelum menjadi tuan rumah pertemuan KTT Gerakan Non-Blok. Keadaan sektor pariwisata di Pulau Margarita menjadi bukti negara tersebut sedang tenggelam dalam keruntuhan ekonomi dan sosial.
Salah satu yang paling menjengkelkan adalah kurangnya pemeliharaan infrastruktur oleh pemerintah sehingga warga mengalami kesulitan air. Seorang manajer hotel, Luis Munoz, mengatakan ia sudah cukup beruntung mendapatkan aliran air dua minggu sekali.
Munoz meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang insinyur enam tahun lalu untuk membuka sebuah hotel bergaya kolonial di sisi pantai. Ia melayani wisatawan mancanegara, wisatawan domestik, serta anak-anak sekolah yang mendapat sponsor wisata dari pemerintah.
"Sekarang kami berjuang setiap hari. Hal yang paling penting adalah bagaimana kami bisa bertahan," ujar Munoz, sambil berdiri di lobby hotelnya yang sepi wisatawan.
Menurut dewan wisatawan lokal, secara keseluruhan, pendapatan hotel menurut menjadi 35 persen. Penerbangan ke Pulau Margarita pun turun sebanyak 50 persen.
Krisis ekonomi telah menghancurkan bidang pariwisata di Venezuela. Para pemilik hotel juga harus menghadapi kelangkaan dan inflasi tinggi di negara tersebut.
Seperti warga Venezuela lainnya, ia menghabiskan berjam-jam mengantre untuk mendapatkan barang pokok dengan harga subsidi. Pengunjung yang menginap di hotelnya harus membawa sabun, handuk, dan tisu toilet sendiri. Ia juga tidak menyediakan makanan.
"Bagaimana bisa Anda menawarkan sarapan untuk pengunjung sementara Anda sendiri tidak tahu akan makan apa untuk sarapan?" kata dia.
Wisatawan mancanegara mulai menghindari Venezuela dalam beberapa tahun terakhir. Venezuela dianggap sebagai negara yang tidak ramah, belum lagi mata uangnya yang sulit ditukar.
Satu dekade lalu, 40 persen wisatawan Pulau Margarita berasal dari negara lain. Namun saat ini, wisatawan mancanegara hanya ada empat persen.