Senin 19 Sep 2016 17:44 WIB

Irak: Tentara Turki Persulit Pembebasan Mosul dari ISIS

Tentara Irak di Camp Taji, Baghdad, menunggu kendaraan yang akan mengantar mereka ke Mosul untuk berperang melawan ISIS, 21 Februari 2016
Foto: Reuters/Ahmed Saad
Tentara Irak di Camp Taji, Baghdad, menunggu kendaraan yang akan mengantar mereka ke Mosul untuk berperang melawan ISIS, 21 Februari 2016

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi pada Ahad (18/9) menyatakan kehadiran tentara Turki di sekitar Mosul mempersulit upaya pembebasan kota Irak utara tersebut dari penguasaan ISIS.

"Yang ingin saya katakan adalah kehadiran tentara Turki di wilayah Irak mempersulit upaya kami mengalahkan ISIS. Jika Turki sungguh-sungguh ingin memerangi ISIS, maka mereka harus menarik pasukannya dari Irak. Tapi, Turki justru tidak ingin mengakhiri gerakan militer mereka di sini dan dengan demikian mengabaikan asas kedaulatan Irak sebagai negara merdeka," kata Abadi dalam jumpa pers di Baghdad.

Sebelumnya, Irak menuding pasukan Turki memasuki wilayahnya tanpa sepengetahuan Baghdad. Mereka menyebut ulah itu tindakan tidak bersahabat.

Meski demikian, pemerintah di Ankara justru menegaskan penarikan tentara Turki dari Irak sama sekali tidak bisa dilakukan. Mereka beralasan tentara-tentara itu melakukan misi pelatihan di negara asing.

Kejadian tersebut kemudian memunculkan perseteruan antara Irak dan Turki, di mana Baghdad menyebut kehadiran tentara asing di Mosul sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan negara. Abadi mengaku tidak mempunyai persoalan dengan pemerintahan Turki.

"Namun kami mempunyai masalah dengan mentalitas Turki yang menangani hubungan antara kedua negara. Turki harus menyadari Irak, sebagai negara tetangga, ingin menjaga hubungan baik berdasarkan persamaan kepentingan. Namun tindakan pengiriman tentara di kawasan utara Irak justru memperburuk hubungan antara kedua negara," kata dia.

Mengenai rencana pertempuran pembebasan Mosul dari ISIS, Abadi mengatakan pemerintahan Irak masih berkomitmen terhadap jangka waktu yang telah ditetapkan bagi operasi militer tersebut. Abadi tidak menjelaskan lebih jauh apakah kelompok paramiliter syiah Hashd Shaabi akan turut berpartisipasi dalam pertempuran pembebasan Mosul, yang sebagian besar warganya menganut suni.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement