Selasa 20 Sep 2016 18:03 WIB

PM Irak Umumkan Operasi Pembebasan Benteng Pertahanan ISIS

Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi.
Foto: AP
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi pada Selasa (20/9) mengumumkan dimulainya operasi militer untuk merebut kembali Shirqat, sebuah daerah benteng pertahanan ISIS yang terletak 100 km selatan Mosul, ibu kota de facto kelompok bersenjata tersebut.

Shirqat hinga kini diperkirakan masih ditinggali puluhan ribu warga sipil. Pasukan pamerintah Irak dan sejumlah milisi syiah kini telah mengepung kota di sebelah utara tepi Sungai Tigris itu.

Sejumlah petinggi Irak dalam beberapa bulan terakhir selalu memperingatkan akan adanya bencana kemanusiaan di Shirqat. Sebagian penduduk, yang harus tinggal di bawah kekuasaan ISIS, menyatakan cadangan makanan semakin langka sementara harga-harga melonjak.

Abadi, dalam pidato yang disiarkan televisi dari New York untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB, mengatakan pasukan Irak juga akan bergerak untuk merebut kembali dua area di wilayah barat Provinsi Anbar.

"Operasi-operasi militer ini akan membuka jalan bagi pembersihan setiap inchi tanah Irak dan, semoga Tuhan mengizinkan, pembebasan kota Mosul, pembebasan semua tanah di Irak, dan berakhirnya Daesh," kata Abadi merujuk pada akronim bahasa Arab dari ISIS.

Abadi berulangkali berjanji akan merebut kembali Mosul pada akhir tahun ini, sementara sejumlah komandan militer Irak mengindikasikan operasi militer itu bisa dimulai secepatnya pada paruh kedua Oktober. Setelah bertemu dengan Abadi di New York pada Senin (19/9), Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengaku berharap Mosul bisa dibebaskan pada akhir tahun.

Mosul merupakan kota terbesar kedua di Irak yang jatuh ke tangan ISIS pada 2014. Saat itu, kepolisian dan tentara pemerintah lari tunggang-langgang dengan meninggalkan senjata di Mosul meski sudah dilatih oleh pasukan Amerika Serikat selama lebih dari satu dekade dengan biaya miliaran dolar AS.

Hingga kini masih belum diketahui peran milisi syiah dalam operasi perebutan kembali Shirqat. Milisi-milisi itu sering dikritik karena dinilai melanggar hak asasi manusia dalam peperangan.

Milisi-milisi Syiah, yang membantah tudingan pelanggaran aturan perang dan menyatakannya sebagai insiden dari oknum tertentu, berperan besar dalam mengalahkan ISIS saat organisasi tersebut mendesak menuju Baghdad dua tahun lalu. Perlakuan terhadap warga Shirqat oleh tentara pemerintah dan milisi Syiah, setelah kota itu dibebaskan akan menjadi perhatian serius bagi warga Mosul yang sebagian besar menganut aliran sunni. Mereka punya sejarah panjang ketidakpercayaan terhadap pemerintahan syiah di Baghdad.

Sementara itu Hajiwa, kota kecil di timur Shirqat, adalah benteng pertahanan ISIS yang lain di selatan Mosul. Kelompok itu juga menguasai kota Tel Afar, sebelah barat Mosul yang berbatasan dengan Suriah.

 

Baca: Sejarah Hari Ini: Pesawat Antariksa Soviet Bawa Batu Bulan ke Bumi

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement