REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina pada Senin (19/9) mengaku tidak membayar tebusan untuk membebaskan warga Norwegia yang disandera kelompok Abu Sayyaf.
Sebelumnya pada Ahad, warga Norwegia yang disandera selama hampir satu tahun Kjartan Sekkingstad, dilaporkan telah bebas setelah kelompok teroris Abu Sayyaf menerima uang sebesar 30 juta peso atau sekitar Rp 8,2 miliar.
"Saya ingin menegaskan kembali pemerintah masih konsisten menerapkan kebijakan tidak membayar tebusan (kepada kelompok teroris)," kata Sekertaris Komunikasi Presiden, Martin Andanar dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio milik negara.
Namun, ia juga mengindikasikan kemungkinan terlibatnya pihak lain yang telah menyerahkan uang untuk Abu Sayyaf. "Saat ini, jika ada pihak ketiga telah membayarkan tebusan, misalkan oleh keluarga, kami tidak mengetahuinya," kata Andanar.
Ia bahkan menantang media membuktikan informasi adanya uang tebusan untuk membebaskan Sekkingstad. Sekkingstad adalah satu dari empat tawanan yang diculik Abu Sayyaf pada 21 September tahun lalu di sebuah restoran di Samal Island, sebelah selatan provinsi Davao del Norte.
Abu Sayyaf kemudian memenggal kepala dua warga Kanada yang juga turut diculik bersama dengan Sekkingstad setelah gagal mendapatkan tebusan untuk mereka pada awal tahun ini.
Sementara satu korban penculikan lain, seorang perempuan warga Filipina telah bebas pada Juni lalu. Militer mengatakan sekitar 20 warga Filipina dan asing masih disandera perompak di Filipina selatan.