REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Perdana Menteri dan Menteri Dalam Negeri Putra Mahkota Muhammad bin Naif mengatakan Arab Saudi tertarik untuk menangani masalah krisis kemanusiaan di Timur Tengah sebagai wujud komitmen negara Islam.
Dilansir dari Saudigazette, Rabu (21/9), pernyataan Muhammad bin Naif dilakukan saat pertemuan puncak dalam sidang tahunan ke 71 PBB di New York, Senin (19/9) membahas masalah pengungsi dan migran. Saat ini 65,3 juta orang terlantar dan 193 anggota PBB harus dapat mencarikan jalan keluarnya.
Saudi mengklaim berada diurutan ketiga, negara yang terdepan dalam membantu masalah kemanusiaan. "Bantuan kemanusiaan yang diberikan Saudi selama empat dekade sekitar 139 miliar dolar AS," ujar dia.
Saudi mengaku, telah berada di garis depan dalam membantu warga Suriah yang menjadi korban konflik. "Saudi telah menampung 2,5 juta warga Suriah sebagai pengungsi, tetapi kedepannya Saudi tidak hanya memperlakukan mereka sebagai pengungsi, tetapi secara bertahap akan memberikan izin tinggal (iqama) untuk ratusan ribu warga Suriah yang ingin menetap di Saudi," ujar dia.
Saudi juga telah memberikan lapangan pekerjaan dan kesehatan serta pendidikan secara gratis kepada warga Suriah di Saudi. Saat ini lebih dari 141 ribu anak-anak Suriah mendapatkan beasiswa pendidikan.
Selain pengungsi yang berada di wilayah Saudi, Kerajaan juga memberikan bantuan kepada mereka yang mengungsi di negara sekitar Saudi. Selain pengungsi Suriah, Saudi juga membantu pengungsi Yaman dalam menyediakan fasilitas yang dibutuhkan. Sekitar 500 ribu warga Suriah bebas beraktivitas di Saudi, bekerja bahkan membawa keluarganya.
Sebanyak 285 ribu anak pengungsi Yaman mendapatkan beasiswa gratis. Saudi juga memberikan bantuan bagi pengungsi Yaman yang berada di Djibouti dan Somalia senilai 42 juta dolar.