Kamis 22 Sep 2016 17:08 WIB

Menlu: Ancaman Terorisme akan Semakin Besar

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyanderaan WNI di wilayah Filipina, Jakarta, Jumat (24/6). (Republika/ Wihdan)
Foto: Republika/ Wihdan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan paparan saat konferensi pers terkait penyanderaan WNI di wilayah Filipina, Jakarta, Jumat (24/6). (Republika/ Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi, dalam Pertemuan Pleno tingkat Menteri ke-7 Global Counter-Terrorism Forum (GCTF), mengatakan,  tantangan yang harus dihadapi negara-negara di dunia dalam memberantas terorisme akan semakin besar.

"Tantangan dunia dalam menghadapi ancaman dari terorisme tidak semakin kecil, namun justru semakin besar," kata Menlu Retno, seperti disampaikan dalam keterangan pers dari Kementerian Luar Negeri RI yang diterima di Jakarta, Kamis.

GCTF diadakan di sela-sela pertemuan pertemuan tingkat tinggi Sidang Majelis Umum PBB ke-71 di New York, Amerika Serikat pada 21 September 2016. Pada pertemuan itu, Menlu RI menegaskan, kerja sama internasional menjadi suatu keharusan dalam menghadapi tantangan ekstremisme dan terorisme yang semakin besar.

Menurut Retno, setiap negara tidak dapat mengatasi sendiri ancaman dari terorisme yang memiliki jaringan lintas batas dan akses kepada teknologi komunikasi. "Tidak ada pilihan bagi komunitas internasional selain untuk bekerja sama lebih erat dalam melawan terorisme," ujar dia.

Menlu beranggapan masalah dasar yang dihadapi dalam konteks ekstremisme dan terorisme seringkali terkait dengan pola pikir dan ideologi. Untuk itu, dia menilai bahwa ekstrimisme dan terorisme tidak terkait dengan masalah agama, nasionalitas, peradaban atau etnis.

"Tantangan dan tugas kita semua adalah untuk dapat mengubah pola pikir dan ideologi para ekstremis," tuturnya.

Selanjutnya, Menlu RI mengusulkan tiga langkah yang diperlukan untuk memperkuat strategi dalam upaya memerangi ekstremisme dan terorisme.

Pertama, negara-negara perlu mengambil langkah untuk melakukan kontranarasi melalui media sosial dalam melawan ekstremisme dan terorisme. Sekarang ini penyebaran paham dan ideologi ekstremisme dilakukan secara cepat melalui media sosial.

Baca juga,  Ada Rencana Serangan Teroris ke Singapura dari Batam.

"Oleh karena itu perlu adanya kerja sama internasional untuk melakukan 'counter narrative'. Tidak ada pilihan bagi kita selain bekerja sama untuk melawan para ekstremisme di media sosial," ucap Retno.

Kedua, kerja sama internasional dibutuhkan untuk memulai suatu gerakan global guna mendorong moderasi dan toleransi. Terkait hal itu, masyarakat internasional harus mendorong para moderat untuk bicara kepada masyarakat umum. "Masyarakat internasional dapat bekerja sama untuk mendorong moderasi dan toleransi, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional," tegas Menlu RI.

Ketiga, peran perempuan harus diberdayakan dalam mendorong budaya moderat dan toleransi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement