REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan tangan bangsa Palestina masih terulur untuk membuat perdamaian. Akan tetapi, dia mempertanyakan pertanyaan yang telah berulang kali ditanyakan.
"Apakah ada kepemimpinan di Israel yang menginginkan perdamaian sejati dan akan meninggalkan mentalitas hegemoni, ekspansionisme dan kolonisasi, serta mengakui hak-hak rakyat Palestina dan akan mengakhiri ketidakadilan bersejarah yang mereka derita selama ini?" ujar Abbas dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Kamis (22/9) waktu setempat.
Dia menyerukan para pemmimpin dunia yang berkumpul di Majelis Umum PBB untuk menyatakan 2017 sebagai tahun internasional untuk mengakhiri pendudukan Issrael dari tanah Palestina. Dan juga, mengerahkan segala upaya untuk mengakhiri dekade ketidakadilan yang dipaksakan kepada rakyat Palestina.
Selain itu Abbas juga meminta agar dunia, dan PBB pada khususnya, memberikan kesempatan yang unik bagi perdamaian, stabilitas dan hidup berdampingan untuk menguasai wilayah tersebut bagi bangsa Palestina.
Baca: 'Keputusasaan Menjadi Dasar Serangan Rakyat Palestina'
“Tidak ada cara untuk mengalahkan terorisme dan ekstremisme, tidak ada cara untuk mencapai keamanan dan stabilitas di wilayah kami tanpa mengakhiri pendudukan Israel di Palestina dan memastikan kebebasan dan independensi orang Palestina,” ujarnya dalam forum tahunan di PBB tersebut, seperti dikutip dari laman resmi PBB.
Abbas kembali mengingatkan Persetujuan Perdamaian Oslo 1993. Perjanjian tersebut dimaksudkan untuk mengakhiri pendudukan Israel di tanah Palestina dan mencapai kemerdekaan Negara Palestina dalam waktu lima tahun. Namun Israel mengingkari perjanjian yang sudah mereka tandatangani.
Dan untuk saat ini, bangsa Israel tetap dengan upaya mereka terus memperluas penguasaan permukiman ilegal. Menyerukan kepada Dewan Keamanan dalam forum dunia tersebut, Abbas menegaskan permukiman bangsa Israel ilegal dalam setiap aspek dan manifestasi apa pun.
Abbas juga menunjukkan Israel terus berupaya untuk menghindari sebuah konferensi internasional untuk perdamaian yang diusulkan Prancis, yang telah menerima dukungan dari mayoritas negara-negara di dunia.
Dengan bijak Abbas mengatakan Palestina tidak ada konflik dengan agama Yahudi. Mereka sangat menghormati agama Yahudi. Bahkan dia juga mengutuk bencana yang menimpa bangsa Yahudi dalam Perang Dunia II di Eropa. Dia melihatnya sebagai salah satu kejahatan paling keji yang dilakukan terhadap kemanusiaan.