Jumat 23 Sep 2016 19:02 WIB

Saudi Serang Yaman, 26 Warga Sipil Meninggal

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Ilham
Reruntuhan rumah akibar penyerangan di Yaman (Ilustrasi).
Foto: Hani Mohammed/AP
Reruntuhan rumah akibar penyerangan di Yaman (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, HODEIDAH -- PBB mengutuk keras serangan yang dilakukan Arab Saudi bersama koalisinya ke Yaman. Serangan yang dipimpin oleh Arab Saudi tersebut membunuh 26 warga di Kota Hodeidah, Yaman bagian selatan.

Arab Saudi bersama koalisinya menembakkan misil ke Kota Hodeidah. Banyak rumah hancur dan bangunan runtuh akibat serangan yang dilancarkan Arab dan koalisinya. Kebanyakan rumah yang hancur merupakan milik para pekerja.

Saudi menyerang Yaman karena tak suka Kelompok Houthi yang beraliansi dengan Iran naik ke tampuk kekuasaan di Yaman. Saudi tak ingin sekutu Iran memimpin Yaman sebab Iran merupakan musuh besarnya. Saudi khawatir dengan naiknya Houthi, maka kekuatan Iran di Timur Tengah akan semakin menguat.

Sekjen PBB Ban Ki Moon mengatakan, pihaknya mengutuk keras serangan yang dilakukan Arab Saudi bersama koalisinya di Yaman. "Puluhan orang termasuk anak-anak dan wanita terluka dan terbunuh dalam serangan itu," katanya, Jumat, (23/9).

Pada Agustus lalu, sebanyak 41 kali serangan dilakukan Saudi dan koalisinya menghancurkan 41 fasilitas publik di Yaman. Selain itu juga membunuh 180 rakyat sipil.

Wakil Gubernur Hodeidah, Hashim Azazi mengatakan, tim evakuasi masih mencari korban yang tertimbun di puing-puing reruntuhan rumah dan bangunan. Saat ini, mereka masih mencari korban.

Pemimpin Kelompok Houthi, Ali al Amad mengatakan, ia selamat dari serangan yang dilancarkan oleh Saudi dan koalisinya. Saat ini, ia sedang mengungsi di istana kepresidenan Yaman.

PBB saat ini masih mendorong agar dilaksakan dialog damai antara Yaman dan Saudi. Sebanyak 10 ribu orang meninggal akibat konflik antara Saudi dan Yaman. Saat ini, hampir 22 provinsi di Yaman mengalami bencana kelaparan akibat perseteruan yang semakin tegang antara Iran dan Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement