REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi memerintah pejabat terkait, Sabtu (24/9), menghukum pihak yang bertanggung jawab atas kapal terbalik hingga menewaskan 160 pengungsi. Keluarga dilaporkan menuntut jasad korban dikembalikan.
Regu penyelamat beserta nelayan menolong 169 orang dari kejadian di Laut Tengah pada Rabu itu. Perahu itu ditumpangi lebih dari 600 orang.
Jumlah korban jiwa diperkirakan lebih besar daripada laporan petugas, 162 orang. Korban selamat beserta kerabat dan keluarga mengeluhkan ketidaksigapan petugas terkait, misalnya penjaga pantai.
Puluhan keluarga pada Sabtu pagi memenuhi jalanan depan titik kumpul penjaga pantai. Mereka berteriak, "kembalikan anak kami". Petugas penjaga pantai mengatakan, pihaknya berupaya menggagalkan aksi migrasi ilegal dan menyelamatkan nyawa.
Empat anggota awal kapal telah ditahan.
Menindaklanjuti pertemuan dengan Perdana Menteri, Menteri Dalam Negeri, dan kepala intelijen, Sisi memerintahkan otoritas terkait untuk menuntut pelaku kejadian,sebagaimana disiarkan pernyataan pihak kepresidenan.
Petugas mengatakan, perahu itu mengangkut pengungsi dari Mesir, Sudan, Eritrea, dan Somalia. Mereka meyakini perahu itu berlayar menuju Italia. Petugas keamanan mengatakan, setidaknya 600 pengungsi berada di atas kapal.
Namun seorang korban selamat dalam siaran video mengatakan, batas penumpang hanya sampai 200 pengungsi, tetapi penyelundup menambah 50 orang lainnya. Alhasil, perahu itu tenggelam. Banyak pengungsi mencoba menyebrang ke Italia dari pesisir Afrika sepanjang bulan di musim panas, khususnya dari Libya.
Penyelundup terkadang beroperasi tanpa dihukum. Organisasi Internasional untuk Pengungsi mengatakan lebih dari 3.200 migran tewas setelah mencoba menyebrangi Laut Mediterania tahun ini. Sementara itu, setidak-tidaknya 300 ribu mencapai pantai Eropa.