REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah berbulan-bulan berseteru dari jauh, Hillary Clinton dan Donald Trump akan bertatap muka untuk pertama kalinya dalam debat capres Amerika Serikat (AS), pada Senin malam (26/9) waktu setempat. Mereka akan membeberkan visi dan misi masing-masing kepada para pemilih.
Perdebatan pertama dari tiga debat yang dijadwalkan ini menjadi pertaruhan untuk menunjukkan kekuatan mereka yang sebenarnya. Sebelumnya, kedua kandidat banyak dianggap negatif oleh sebagian besar warga AS.
Clinton harus meyakinkan pemilih ia layak dipercaya sepenuhnya. Sedangkan Trump harus menegaskan ia akan banyak menciptakan kebijakan baru jika terpilih menjadi presiden.
Baca: Debat Seru Trump dan Clinton, Siapa Menang?
Clinton, mantan Senator dan Menteri Luar Negeri AS, dinilai cocok menggantikan Presiden Barack Obama untuk menciptakan iklim yang stabil. Popularitas Clinton meningkat dalam masa-masa akhir Obama menjabat di periode keduanya ini.
Ia akan meneruskan kebijakan eksekutif Obama, jika Kongres tidak meloloskan peraturan untuk merombak sistem imigrasi. Untuk luar negeri, ia menyerukan zona larangan terbang di Suriah dan akan menjaga militer AS dari perang besar untuk mengalahkan kelompok radikal ISIS.
Bagi Clinton, kemenangan dalam pemilu November mendatang sebagian besar bergantung pada pemilih muda dan koalisi keberagaman yang dulu telah memilih Obama. Namun kelompok tersebut saat ini belum sepenuhnya mendukung Clinton.
"Hillary mengakui, ia memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat," ujar manajer kampanye Clinton, Robby Mook.
Sementara Trump telah menjadi sosok yang menimbulkan kecemasan bagi beberapa kalangan warga AS, terutama kelas pekerja yang merasa tertinggal dalam hal ekonomi. Maestro real estate tersebut juga tidak memiliki pengalaman berkarir menjadi politikus hingga memungkinkan Clinton untuk mengalahkannya dalam pemilu.
Dalam kampanyenya, Trump mengatakan akan memberlakukan kebijakan imigrasi yang ketat, termasuk membangun dinding di sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Ia bahkan memiliki rencana untuk melarang warga Muslim asing datang ke AS. Namun Trump tidak merinci rencana-rencananya yang lain, termasuk rencana untuk melawan kelompol ISIS di Timur Tengah.