REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Debat calon presiden AS menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu di AS saat ini. Tim kampanye mengharapkan acara yang berlangsung selama 90 menit di Universitas Hofstra, New York, Senin malam (26/9) waktu setempat itu bisa memecahkan rekor penonton terbanyak.
Tim kampanye capres Hillary Clinton khawatir Donald Trump akan memiliki standar berbeda dalam berdebat dan menunjukkan emosinya. Para pendukung Clinton secara terbuka mendorong moderator Lester Holt dari NBC News memeriksa fakta-fakta Trump jika ia mencoba menyesatkan para pemilih melalui pernyataan yang dikeluarkannya.
"Yang kami minta adalah, jika Trump berbohong, ia bisa dipojokkan," kata Mook.
Penasehat Trump telah memberi tahu kandidat Presiden AS dari Partai Republik itu untuk tetap tenang di atas panggung debat, sehingga warga AS tidak akan melihatnya sebagai sosok yang temperamental.
Baca: Debat Clinton-Trump, Pertaruhan Kekuatan Capres
Pada Sabtu (24/9), Trump menulis di akun Twitter pribadinya ia akan mengundang Gennifer Flowers dalam acara debat capres. Flowers adalah perempuan yang pernah digosipkan memiliki hubungan khusus dengan suami Clinton, mantan Presiden Bill Clinton.
Hal tersebut menurutnya merupakan respons dari keputusan Clinton mengundang Marc Cuban, pengusaha dan kritikus Trump, ke acara debat. Namun, tim kampanye Trump mengatakan Flowers tidak akan hadir.
Manajer Kampaye Trump, Kellyanne Conway mengatakan undangan kepada Flowers menunjukkan jika Trump adalah seorang penyerang balik yang hebat. Trump selama ini selalu melancarkan serangan pribadi kepada rivalnya.
Namun ia terlihat 'malu-malu' saat melakukan diskusi kebijakan yang lebih teknis, seperti debat yang akan ia hadapi saat ini. Terlebih Clinton memiliki pengalaman lebih banyak dalam debat capres.
Clinton tercatat telah mengikuti 30 debat di tingkat presiden, termasuk saat melawan Obama pada 2008 dan melawan Senator Bernie Sanders di 2016. Namun debat kali ini akan menjadi debat presiden pertamanya yang melawan kandidat dari partai berbeda.