REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK CITY -- Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Hillary Clinton menuduh pesaingnya Donald Trump mendukung invasi pasukan AS ke Irak dan Libya. Invasi tersebut membuat pekerja rumah baru bagi koalisi AS, termasuk kemunculan ISIS.
Banyak kalangan di AS menyebut pemerintah telah gagal dalam perang di Irak. Trump membantah jika ia mendukung perang. "Itu salah, salah," kata dia.
Dia mengatakan pemerintah AS sudah bekerja sama, namun situasi berantakan di bawah kepemimpinan Hillary yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), kata Trump, adalah pebisnis. Banyak negara yang tergabung dalam Nato tidak menanggung apa yang seharusnya mereka tanggung.
Baca juga, Trump Kewalahan Hadapi Hillary.
"NATO sudah usang. Kita harus fokus pada teror. Kita mendukung NATO tapi kita harus fokus pada terorisme. NATO harus masuk ke Timur Tengah. Kita harus memukul mundur ISIS," jelasnya.
Hillary menyebut pemerintah bekerja lebih erat dengan para mitra dan NATO untuk penanggulangan terorisme. "Trump menghina komunitas Muslim padahal mereka membantu kita," kata dia.