Selasa 27 Sep 2016 20:37 WIB

Perselisihan dalam Debat Capres Hillary dan Trump

Rep: Puti Almas/ Red: Ilham
Debat calon presiden pertama AS antara Donald Trump dan Hillary Clinton, Senin, 26 September 2016.
Foto: AP Photo/David Goldman
Debat calon presiden pertama AS antara Donald Trump dan Hillary Clinton, Senin, 26 September 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dua kandidat presiden Amerika Serikat (AS) melakukan debat capres pertama pada Senin (26/9) malam, waktu setempat. Hillary Clinton dari Partai Demokrat dan Donald Trump dari Partai Republik memiliki perselisihan sepanjang acara berlangsung saat membahas beberapa isu.

Diantaranya, mengenai lapangan pekerjaan, terorisme, hingga masalah rasisme. Bahkan, dalam salah satu sesi debat, Trump mengungkapkan pandangan pribadinya tentang Clinton, yang ia nilai tidak tepat menjadi pemimpin di Negeri Paman Sam itu.

Ketegangan terjadi dalam debat paling bersejarah yang disaksikan seluruh warga AS tersebut. Masing-masing kandidat memiliki sikap yang berbeda, meski tujuan mereka adalah bersaing.

Trump terlihat seperti biasanya, memiliki emosi yang naik turun sepanjang debat. Sementara, Clinton tampak tenang menangkis serangan Trump. Acara ini disebut sangat menentukan pemilihan yang berlangsung di negara itu pada 8 November, mendatang.

Clinton menanggapi serangan Trump mengenai kecerobohannya saat menggunakan server pribadi untuk mengirim pesan elektronik kenegaraan saat menjabat sebagai menteri luar negeri AS. Ia mengatakan, tidak ada alasan untuk melakukan kesalahan dan atas segala sesuatu yang terjadi, tanggung jawab telah dilakukannya.

"Saya merasa malam ini akan disalahkan untuk segala sesuatu yang pernah terjadi," ujar Clinton, dilansir BBC, Selasa (27/9).

Sementara itu, Trump merespon dengan cepat dengan menjawab mengapa tidak? Hal ini kemudian membuat Clinton menanggapi dengan respon singkat bahwa miliarder itu hanya mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal sepanjang debat.

Clinton juga menjelaskan, fakta yang menunjukkan dirinya memiliki fisik yang kuat sebagai presiden. Seperti yang Trump pernah katakan, bahwa istri dari Bill Clinton itu berada dalam kondisi lemah dan tidak akan mampu mengurus negara. "Saya telah mengunjungi 112 negara selama menjabat sebagai menteri luar negeri AS," jelas Clinton.

Kemudian, Trump memberi ejekan mengenai cara Clinton yang dinilai lemah untuk memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Menurutnya, perempuan berusia 68 itu tak akan punya keberanian, termasuk menindak Iran.

Namun, Clinton juga membalas serangan dengan mengatakan perilaku Trump membahayakan negara. Salah satunya dengan memuji Presiden Rusia Vladimir Putin dan menyarankannya untuk membobol email.

"Saya sangat terkejut saat Trump meminta Putin melakukan serangan hacker kepada saya. Ini jelas perilaku tidak pantas dari seorang calon pemimpin," kata Clinton.

Tidak seperti primary dan kaukus, dalam acara kali ini, hasil menang dan kalah tidak dihitung oleh angka. Debat capres masih akan digelar sebanyak dua kali hingga pemilihan umum berlangsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement