Rabu 28 Sep 2016 08:24 WIB

Pilpres AS, Muslim Menghadapi Pilihan Sulit

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Teguh Firmansyah
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sejumlah poling memenangkan Hillary Clinton dalam debat presiden di Hosfra University melawan Trump, Senin (26/9) malam. Tapi, banyak Muslim AS merasa frustasi dengan komentarnya tentang umat Islam.

"Ini sebuah tragedi kalau pilihan kandidat yang ada, satu melakukan celaan umum dan melarang umat Islam, dan yang lain juaranya intervensi liberal, melihat utilitas Muslim AS sebagai informan dan setuju teror merupakan endemik umat Islam," ujar Zakaria seperti dilansir Identities Mic, kemarin.

Senada, Dosen Studi Islam di University of California, Hatem Bazian, menilai sudut padang Hillary yang menarik Muslim dengan keamanan nasional bukanlah tindakan tepat. Itu dianggap telah menimbulkan reduktif dikotomi antara Muslim baik dan Muslim tidak baik.

"Akhirnya, status yang bergantung ini ada di apakah mereka baik bagi keamanan nasional atau tidak, daripada partisipasi penuh mereka dan keterlibatan sebagai warga negara AS," kata Bazian.

Zakaria dan Bazian menegaskan, Muslim AS lebih berharga dari sekadar kepentingan keamanan nasional, seperti yang akan diterapkan Hillary. Selain itu, banyak Muslim yang khawatir dengan rekam jejak Hillary tentang kebebasan sipil, serta kebijakan luar negerinya.

Baca juga,  Trump Kewalahan Hadapi Hillary.

Hillary yang juga  kandidat Partai Demokrat itu memang banyak menyerang Trump karena kerap menjelekkan Muslim. Tapi, alasan Hillary kalau Muslim AS merupakan sekutu berharga memerangi terorisme, dirasa bukan perlakuan yang layak diterima umat Islam di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement