REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengatakan akan mengakhiri latihan rutin militer bersama yang diadakan negaranya dengan Amerika Serikat (AS), termasuk dalam kerja sama patroli angkatan laut yang dlakukan.
Latihan militer rutin yang digelar AS dan Filpina tahun ini akan berlangsung pada 4 hingga 12 Oktober. Pernyataan tersebut memberi sinyal salah satu aliansi terkuat Negeri Paman Sam di Asia akan hilang.
"Saya memberitahukan kepada AS latihan militer rutin yang dilakukan dengan negara kami Oktober nanti adalah yang terakhir," ujar Duterte saat kunjungannya ke Vietnam, Rabu (28/9).
Selama ini, Filipina merupakan aliansi terkuat AS yang disebut mencoba memperkuat pengaruhnya di Asia. Salah satunya dilakukan untuk mengimbangi Cina.
Setiap tahunnya, latihan militer AS dan Filipina rutin dilakukan. Para pemimpin militer dari dua negara bahkan dilaporkan telah mempersiapkan berbagai keperluan dalam latihan tersebut hingga tahun depan.
Duterte mengatakan, dirinya hendak membangun aliansi baru untuk perdagangan. Aliansi tersebut adalah Rusia dan Cina. Namun, ia menekankan tetap mempertahankan perjanjian keamanan dengan AS.
Ketegangan antara Filipina dan AS dimulai pada bulan lalu. Saat itu, Duterte mengatakan Presiden AS Barack Obama sebagai 'anak dari permepuan jalang'. Ia juga mengumumkan hendak mencari pasukan khusus AS yang tersisa di wilayah selatan negaranya.
"Patroli angkatan laut Filipina dan AS tidak akan kembali dilakukan karena ini berpotensi menarik kami dalam konflik dengan Cina," kata Duterte.
Pernyataan yang seolah menunjukkan salah satu negara di Asean itu siap memutus hubungan dengan AS dibantah oleh Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay. Ia mengatakan Duterte mengucapkan hal di luar konteks dan ada kesalahpahaman dari mereka yang mendengar.
"Satu-satunya yang Duterte kesampingkan adalah patroli bersama di luar wilayah perairan 12 mil Filipina. Perjanjian akan tetap dihormati dan itulah yang presiden maksud," kata Yasay, mengacu pada Reksa Perjanjian Pertahanan 1951.
AS dan Filipina telah melakukan dua patroli laut bersama dalam tahun ini.
Kesepakatan mengakhiri latihan militer serta patroli bersama juga dinilai dapat menimbulkan kesulitan Filipina dalam melakukan diplomasi regional. Selain itu, diyakini hal ini juga dapat mengubah status quo terhadap masalah di Laut Cina Selatan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS John Kirby mengaku tidak mengetahui pemberitahuan resmi dari Filipina yang ingin mengakhiri latihan militer bersama. Ia juga mengatakan negaranya tetap berkomitmen memajukan kerja sama, khususnya dalam bidang keamanan.