REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menurut tim ilmuwan di Australia dan Perancis yang bekerja untuk menemukan cara mudah mendeteksi penyakit mematikan, kanker payudara segera bisa dideteksi dengan tes darah sederhana.
Para ilmuwan di Australia National University (ANU) telah bekerja dengan para peneliti di Perancis untuk menemukan cara-cara baru mendeteksi dan memantau kanker payudara. Kondisi ini merupakan kanker yang paling umum bagi perempuan, dan memakan korban lebih dari 500.000 orang di seluruh dunia setiap tahunnya.
Peneliti utama, Profesor Guillaume Tcherkez mengatakan tes darah akan lebih murah dan kurang invasif dibanding tes lainnya seperti biopsi.
Tetapi tes ini tak akan tersedia untuk publik hingga 10 tahun ke depan."Saya pikir 10 tahun adalah waktu minimal yang dibutuhkan untuk membangun kembali hal-hal untuk memberi bukti bahwa hal itu bekerja dan juga memberi bukti bahwa ada beberapa aplikasi klinis potensial yang valid secara ilmiah dan medis," jelas Profesor Guillaume Tcherkez.
"Sebuah tes darah untuk kanker payudara beberapa tahun lagi bisa digunakan di rumah sakit, tapi kami pikir kami telah menemukan cara baru untuk mendeteksi kanker payudara pada kejadian pertama serta adanya pemantauan berlanjut," sambungnya.
Tes ini akan digunakan untuk melengkapi alat deteksi yang lebih invasif lainnya, termasuk mammogram.
Isotop jadi kunci deteksi kanker menggunakan darah
Peneli lainnya, Dr Illa Tea, mengatakan, tes darah menunjukkan keberadaan isotop karbon-13 dan nitrogen-15 dalam proporsi tertentu di sampel jaringan. Ia menerangkan, isotop yang muncul secara alami itu bisa mengungkap apakah jaringan payudara sehat atau memiliki kanker.
"Kami bisa mengembangkan aplikasi klinis dari penelitian ini untuk mendeteksi perubahan dalam proporsi isotop dalam senyawa yang hadir dalam darah, yang bisa menunjukkan adanya kanker," ungkapnya.
Penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Scientific Reports’, ini adalah sebuah kolaborasi antara ANU, Universitas Nantes, Rumah Sakit Universitas Nantes dan wilayah Angers di Pays de la Loire, Perancis.
Profesor Guillaume mengatakan, tujuan utamanya adalah untuk menyelamatkan nyawa. "Ini adalah tujuan bagi semua indikator terukur untuk mencoba menyelamatkan hidup dan mampu mendiagnosa sangat awal dan untuk memantau kanker payudara secara efisien," sebutnya.
Cheryl Tandy didiagnosa dengan kanker payudara pada tahun 2012 setelah merasakan benjolan di payudaranya dan kemudian berkunjung ke dokter. Sang dokter memerintahkan mammogram, USG dan biopsi. Hasil mammogram dan USG tak menunjukkan apa-apa.
"Ahli radiologi keluar dan berkata 'Nyonya Tandy, jika anda istri saya, saya akan sangat menyarankan agar anda melakukan biopsi’," cerita Cheryl Tandy.
Biopsi yang lebih invasif mendeteksi karsinoma stadium 2, yang telah dihapus dan memiliki ukuran 13 cm. Cheryl menjalani mastektomi radikal, enam bulan kemoterapi, disusul dengan radioterapi. Ia mengatakan, tes darah sederhana bisa membantu penyakitnya.
"Apa pun yang akan membantu pengobatan dan hasil yang lebih baik harus menjadi lebih positif," ujarnya.