Senin 03 Oct 2016 08:32 WIB

Warga Kolombia: Pemberontak Seharusnya Masuk Penjara

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Ani Nursalikah
FARC
Foto: AP/Ricardo Mazalan
FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Seorang pemilih, warga Kolombia Alejandro Jaramillo mengatakan ia memilih tak berdamai dengan kelompok pemberontak FARC.

"Saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya tak semua hal bisa dimaafkan, seharusnya pemberontak itu masuk penjara bukan jadi partai," katanya.

Seorang profesor filsafat Adriana River (43 tahun) mengatakan, sangat menyedihkan Pemerintah Kolombia melupakan kejahatan perang yang dilakukan FARC. "Pemerintah melupakan kematian saudara kami, kesakitan, kepedihan korban mutilasi yang dilakukan FARC, kita semua menderita akibat perbuatan mereka namun kita diminta berdamai, itu menyakitkan," katanya sambil menangis.

Baca: Warga Kolombia Tolak Perjanjian Damai dengan FARC

Pihak-pihak yang tak setuju dengan perjanjian damai tersebut menilai Pemerintah Kolombia terlalu lunak terhadap FARC. Ini terlihat dengan membolehkan FARC masuk kembali ke dalam masyarakat, membuat partai politik dan tak masuk penjara.

Jumlah anggota kelompok pemberontak FARC saat ini tinggal separuhnya yakni 7.000 orang. Mereka setuju menurunkan senjatanya dan memilih bertarung melalui kotak suara.

Melalui perjanjian damai pekan lalu FARC yang melakukan pemberontakan pada 1964 akan diperbolehkan ikut pemilihan umum untuk memenangkan kursi kepresidenan pada 2018 mendatang. FARC juga akan mendapatkan 10 kursi di kongres Kolombia pada 2026 tanpa pemilihan.

FARC juga akan berhenti melakukan perdagangan obat-obatan. Selain itu juga akan ikut memperbaiki kondisi di daerah pedesaan di Kolombia.

Selama ini FARC melakukan kejahatan antara lain menjual obat-obatan terlarang, melakukan penculikan dan penyiksaan, menyebarkan teror. Konflik dengan FARC menyebabkan kematian 220 ribu warga Kolombia dan mengusir jutaan orang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement