REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sejak kandidat Republik, Donald Trump, semakin terang-terangan memojokkan Islam, Muslim Amerika Serikat kini memilih tidak diam. Komunitas Muslim mulai menunjukkan ketertarikan mereka pada pemilihan umum.
Nagita Bhatti (26 tahun) muncul di perkumpulan bank telepon politik pada September. Ini adalah perkumpulan yang digagas Emerge USA, sebuah kelompok untuk memastikan Muslim AS menggunakan hak pilihnya dalam pilpres 8 November mendatang.
Bhatti adalah orang yang sibuk. Ia bekerja dan kuliah. Namun ia memutuskan untuk ikut dalam perkumpulan. Menurutnya, Donald Trump harus dihentikan dan ia Muslim.
Dalam pertemuan di ruangan sederhana di pinggiran Washington, pemimpin sesi, Remaz Abdelgader, meminta peserta yang hadir menulis alasan mereka. "Saya tidak ingin Trump menang," kata Bhatti, dilansir The Star.
Secara tidak langsung, pesan Islamofobia yang disampaikan Trump membuat Muslim mulai memikirkan pilpres. Menurut laporan, kini Muslim AS mencapai tingkat tertinggi dalam ketertarikannya pada politik.
Baca juga, Trump Kewalahan Hadapi Hillary.
Imam-imam yang tadinya enggan memilikirkan politik pun mulai membicarakannya. Generasi muda Muslim yang lahir di AS menjadi lebih terbuka membicarakannya.
Ketua Emerge lokal, Nabila Mansoor mengatakan, kelas pelatihan tentang kewarganegaraan jadi lebih ramai dari biasanya. Kelas yang digelar di masjid Houston itu tadinya hanya dihadiri 10-15 orang. Kini jumlahnya mencapai 65 orang.