Selasa 04 Oct 2016 02:30 WIB

FARC Kecewa Kolombia Tolak Kesepakatan Damai

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
FARC
Foto: AP/Ricardo Mazalan
FARC

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pemimpin FARC, Rodrigo Londono atau Timochenko mengaku kecewa dengan putusan rakyat Kolombia yang menolak kesepakatan damai. Menurutnya, ini adalah hasil dari kebencian dan pembalasan dendam. Sehingga opini rakyat terpengaruhi. Meski demikian ia juga berkomitmen anggota kelompoknya tidak akan kembali mengangkat senjata.

Lebih lanjut ia meminta penduduk agar percaya padanya. "FARC berjanji untuk hanya menggunakan kata-kata sebagai senjata, untuk membangun masa depan," kata dia.

Sementara, pemimpin kampanye katakan 'tidak', Uribe bersikeras ia tidak menentang perdamaian. Melainkan ingin pemerintah kembali menegosiasikan isi kesepakatan. Menurutnya, segala konsekuensi butuh koreksi.

Secara gamblang ia meminta para penjahat konflik dilarang menempati jabatan publik. Para pemimpin FARC juga harus menjalani masa tahanan atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. FARC pun harus membayar kompensasi pada keluarga korban dan tidak diizinkan menginjakan kaki di konstitusi Kolombia.

Belum jelas apakah FARC sudah mengetahui koreksi isi dari Uribe atau belum. Belum bisa dipastikan juga apakah mereka ingin menegosiasikan poin-poin tersebut atau tidak. FARC dan pemerintah telah berdiskusi selama empat tahun hingga isi putusan damai kemarin bisa ditandatangani.

Tidak heran jika banyak penduduk kecewa. "Saya tidak pernah berpikir akan sesedih ini, tidak ada korban di keluarga saya, tidak ada juga yang bergabung dengan pemberontak, tapi ini membuat hati saya hancur berkeping-keping," kata seorang perempuan pada radio Caracol.

Meski demikian, banyak juga yang merayakan hasil putusan dengan pawai. Mereka mengatakan keadilan telah menang. "Kolombia tidak lupa kejahatan FARC yang menculik, membunuh dan menjual narkoba," kata seorang perempuan lainnya pada BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement