REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Anggota perempuan kelompok radikal Boko Haram kini memegang peranan yang lebih luas. Dulu, anggota perempuan hanya digunakan sebagai juru masak, budak seks, dan pelaku bom bunuh diri.
Namun saat ini anggota perempuan di Boko Haram merambah menjadi perekrut dan intel. Sementara anggota pria mendominasi dalam peran kepemimpinan dan pelatihan. Menurut sebuah laporan terbaru berdasarkan wawancara dengan 119 mantan anggota Boko Haram, empat dari 10 responden (45 persen) perempuan mengatakan mereka menjabat sebagai tentara.
"Perekrut beradaptasi dengan pengetatan lingkungan keamanan,” kata Direktur Penelitian di Finn Church Aid Mahdi Abdile seperti dikutip dari Daily Post Nigeria, Senin (3/10) waktu setempat.
Komunitas intelijen biasanya mencari pria muda. Hal ini diyakini memudahkan para perekrut yang notabe perempuan untuk mempengaruhinya. Boko Haram telah menewaskan sekitar 15 ribu orang dan membuat lebih dari dua juta di Nigeria berada dalam situasi pemberontakan selama tujuh tahun.
Mereka hendak menciptakan sebuah kekhalifahan Islam. Hingga kini mereka masih meluncurkan serangan meskipun telah diusir dari banyak wilayah.
Hasil laporam tersebut juga menemukan enam dari 10 mantan anggota militan (yang sedang menjalani program rehabilitasi) mengenal Boko Haram oleh teman atau kerabatnya sendiri. Sementara hanya sedikit saja yang mempelajari Boko Haram dari kelompok di masjid atau sekolah Islam (madrasah).
Menurut Abdile, masjid dan madrasah sempat digunakan Boko Haram untuk merekrut anggota baru. Namun kedua tempat tersebut kini banyak mendapat sorotan sehingga mereka harus mengubah strategi baru untuk menjaring calon anggota.
Pergeseran strategi inilah yang menjadi tantangan bagi aparat antiteror untuk meminimalisir radikalisme di Nigeria. Menteri Informasi Nigeria Lai Mohammed menegaskan kembali komitmennya pada pemerintah federal untuk menyelamatkan gadis-gadis asal Chibok di markas Boko Haram.