Kamis 06 Oct 2016 08:14 WIB

Pakar Sebut Konvoi PBB Diserang dari Udara

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Winda Destiana Putri
PBB
PBB

REPUBLIKA.CO.ID, GENEWA -- Pakar PBB sebut serangan pada konvoi kemanusiaan PBB beberapa waktu lalu berasal dari serangan udara, Rabu (5/10). Hasil analisis citra satelit yang diambil setelah serangan menunjukkan konvoi diserang dari udara.

Sedikitnya 18 orang tewas saat itu. Konvoi terdiri dari sejumlah truk milik PBB dan Bulan Sabit Merah Arab Suriah (SARC). Sebagian diantaranya terbakar dan hancur setelah dihantam serangan.

AS yakin Rusia berada dibalik serangan tersebut. Namun Moskow menyangkalnya. Mereka juga mendukung pemerintah Suriah. Rusia mengatakan serangan tersebut bukan berasal dari udara.

Laporan para pakar PBB merupakan babak baru. Mereka mengatakan pelaku serangan udara dibisa diganjar dengan hukuman kejahatan perang.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah meluncurkan penyelidikan internal soal serangan tersebut. PBB mengatakan insiden terjadi pada 19 September malam saat 31 truk membawa bantuan ke gudang SARC.

Kepala SARC adalah salah satu korban tewas. Sebanyak 18 truk berisi bantuan hancur. Gudang dan klinik medis di dekatnya juga mengalami kerusakan parah.

Sejauh ini, PBB hanya menyebut itu adalah serangan. Mereka belum menuduh pihak mana yang harus bertanggungjawab.

Pada Rabu, penasihat peneliti di UN Operational Satellite Applications Programme (Unosat), Lars Bromley mengatakan itu adalah serangan udara.

"Analisis kami menentukan bahwa itu serangan udara dan saya pikir sejumlah sumber telah mengatakan demikian juga," kata Bromley di Genewa dilansir BBC. Menurutnya, kesimpulan itu didapat setelah melihat ukuran kawah bekas serangan dan tipe kawahnya.

Secara umum, amunisi yang jatuh dari udara sering kali menghasilkan kawah lebih besar daripada yang meledak di darat. Pejabat AS mengatakan dua pesawat tempur Rusia terlihat berada di sana pada saat itu, bersama dengan sejumlah pesawat milik pemerintah Suriah.

Unosat juga meluncurkan citra satelit yang Bromley tunjukkan. "Area itu sudah dibom terus menenus dalam waktu yang lama, ini gambar dramatis," kata Bromley.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement