Kamis 06 Oct 2016 20:35 WIB

Kesepakatan Pemerintah Kolombia dan FARC Dinilai Lemah

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
FARC
Foto: Colombianews
FARC

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Mantan presiden Kolombia Alavaro Uribe menilai kesepakatan perdamaian antara pemerintah dan kelompok oposisi FARC sangat lemah. Ia mengatakan hal itu setelah melakukan pertemuan dengan Presiden Juan Manuel Santos.

Uribe menjelaskan isi dari kesepakatan seharusnya mewakili keinginan warga di negara tersebut. Ia yang memimpin kampanye menolak kesepakatan dalam referendum itu juga mengatakan, Pemerintah Kolombia bersikap tidak tegas pada pemberontak FARC.

"Namun, kesepakatan ini nampaknya tidak ditujukan untuk semua orang, atau bahkan setengah populasi di Kolombia," ujar Uribe seperti dilansir BBC, Kamis (6/10).

Baca juga,  Rakyat Kolombia Tolak Perjanjian Damai dengan FARC.

Meski demikian, Santos mengatakan akan terus berjuang menyelamatkan kesepakatan untuk mengakhiri pemberontakan yang terjadi di negara itu selama 52 tahun. Pertemuan dengan Uribe kali ini menjadi yang pertama kali ia lakukan sejak dilantik sebagai presiden di Kolombia enam tahun lalu.

Santos juga tekah mengumkan untuk memperpanjang gencatan senjata bilateral antara FARC dan pasukan pemerintah hingga akhir Oktober mendatang. Pembahasan mengenai kesepakatan damai juga terus berlanjut di Ibu Kota Kuba, Havana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement