REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Lembaga bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengirimkan bantuan pertama dalam dua bulan kepada ribuan pengungsi Suriah, yang telantar di wilayah timur laut Yordania berbatasan dengan Suriah, kata pernyataan badan dunia tersebut, Kamis (6/10).
Lebih dari 75 ribu orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, selama beberapa bulan telantar di kampung darurat di tanah tidak bertuan di perbatasan sisi Suriah setelah melarikan diri dari wilayah tengah dan timur Suriah. "Mereka itu hidup dalam keadaan sangat, sangat memrihatinkan. Mereka tinggal di tenda darurat, yang tidak terjamin keamanannya," kata Koordinator Bidang Kependudukan dan Kemanusiaan PBB di Yordania, Edward Kallon, dalam wawancara melalui telepon.
"Mereka putus asa. Mereka berada di sini demi mendapatkan keselamatan dan keamanan karena berada di tanah tidak bertuan dan mereka tidak dibom," katanya dengan menunjuk kawasan gurun dengan suhu bisa meningkat hingga 50 derajat Celsius pada hari ini.
Pekerja bantuan internasional dan pengungsi menyatakan pada Juni mereka kehabisan makanan setelah kelompok garis keras melakukan serangan bunuh diri yang memicu militer menutup area tersebut, hanya truk-truk pengangkut air yang boleh masuk.
Namun, setelah beberapa pekan pembicaraan dengan militer Yordania, Kallon menyatakan bantuan kemanusiaan akan mencapai komunitas tersebut pada 16 Oktober mendatang.
"Kami memberikan makanan, air, kesehatan dasar, dan item-item nonmakanan, termasuk tenda dan pakaian," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.
Kallon menyatakan dia berharap bantuan tersebut akan terus berlangsung dan tidak sekali kirim. Program Pangan Dunia PBB, Badan Pengungsian PBB (UNHCR), Badan Anak-anak PBB (UNICEF), Organisasi Internasional Migrasi dan Obat-obatan San Frontieres akan bekerja secara bersama-sama untuk menyalurkan bantuan. Dia mengatakan bahwa pemuka masyarakat Suriah di wilayah tersebut akan membantu memberikan bantuan, yang akan dipantau pesawat nirawak.