REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tidak sulit membayangkan bagaimana suara bising, cuaca, anak yang tidak bisa tenang atau hari yang buruk di kantor akan mempengaruhi bagaimana anda tidur. Tapi bagaimana dengan dimana Anda tinggal, latar belakang etnis, pendidikan atau pendapatan Anda?
Apakah pekerja pabrik aplusan yang bukan penutur Bahasa Inggris yang tinggal di bagian kota yang keras akan cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih buruk buruk ketimbang pekerja professional dari pemukiman yang kondisinya lebih makmur dan memiliki pendapatan yang stabil?
Tidak tahan dengan tekanan terjaga dari tidur yang banyak dihadapi banyak pekerja profesional - jawabannya adalah sangat mungkin ya. Ada kemungkinan jaringan kompleks dari interaksi yang bermain, menurut Dorothy Bruck, profesor emeritus psikologi di Universitas Victoria dan psikolog tidur pada tidur Sleep Health Foundation.
Sderhananya, jika interaksi yang kita lakukan berat makan hal ini akan memicu sejumlah tekanan yang dapat mengganggu tidur. Dan ini dapat membantu tumbuh dan berkembangnya apa yang disebut dengan kaitan antara lingkungan sosial seseorang dengan risiko kesehatan yang buruk.
"Status sosial-ekonomi merupakan penentu besar untuk kesehatan secara umum dan tidur tidak terkecuali juga dipengaruhi hal tersebut," kata Bruck.
Sangat jelas terlihat kalau kualitas tidur yang buruk yang rutin berlangsung dapat meningkatkan risiko kondisi kesehatan tertentu. Kita tahu misalnya, tidur yang buruk dapat mempengaruhi berat badan anda dan sistem kekebalan tubuh, dan beberapa studi telah menemukan adanya hubungan antara kurang tidur dengan tekanan darah tinggi atau penyakit jantung. Tapi juga, masalah kesehatan sendiri dapat mengganggu tidur, yang dapat menciptakan lingkaran setan.
"Ini sangat multifaktorial karena peningkatan stres kadang-kadang dikaitkan dengan kemiskinan," kata Bruck.
"Orang dari kalangan sosial ekonomi yang lebih rendah memiliki tingkat lebih tinggi dalam sejumlah penyakit dan gangguan. Dan kualitas tidur yang buruk akan menjadi sangat rentan terhadap penyakit penyerta [cluster kondisi kesehatan] yang cukup dimengerti itu merupakan bagian tidak terpisahkan dari kondisi tersebut."
Kemiskinan, Kehidupan Terpencil dan Tidur
Jadi, apa yang bisa dipelajari dari riset?
Di Australia, beberapa studi telah meneliti faktor-faktor penentu sosial dari kualitas tidur, tetapi penelitian internasional telah juga menunjukan hubungan antara keadaan sosial yang kurang beruntung dan sulitnya memejamkan mata.
Salah satu studi kunci ini berasal dari Amerika Serikat di mana pada tahun 2010, para peneliti di Pennsylvania menemukan kualitas tidur yang buruk sangat terkait dengan dua hal yakni kemiskinan dan etnis.
Penelitian ini mensurvei 9.714 orang mengenai kebiasaan tidur mereka dan menemukan bahwa peserta yang berlatar belakang Afrika-Amerika dan Latin menunjukkan naiknya laporan tidur yang buruk, samap seperti yang dialami pengangguran, belum menikah atau memiliki tingkat stres yang tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin besar kemungkinan mereka melaporkan kualitas tidur yang baik. Kemiskinan di seluruh lapisan masyarakat didapati bisa meningkatkan peluang tidur yang buruk. Orang-orang di bawah garis kemiskinan dari kelompok masyarakat kulit putih ternyata menunjukkan kemungkinan tertinggi dari semua kelompok ini untuk melaporkan kualitas istirahat yang buruk.
Akses pengobatan untuk gangguan tidur juga bisa sangat bervariasi dengan keadaan, sebagaimana terungkap dalam sebuah studi di Australia tahun 2015.
Studi ini menemukan bahwa warga Aborigin dan Torres Strait Islander yang gangguan pernafasan terkait tidur, misalnya lebih cenderung mengalaminya dibandingkan penderita dari kalangan non pribumi yang tinggal di komunitas terpencil. (Kondisi ini juga tampaknya lebih cenderung dialami oleh orang berusia lebih muda dan perempuan). Studi ini juga menemukan kalau tinggal di wilayah terpencil bisa menciptakan halangan dalam mengakses diagnosa dan pengobatan gangguan tidur ketimbang masalah etnisitas.