REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat untuk pertama kalinya, Jumat waktu setempat (7/10) secara resmi menuduh Rusia melancarkan serangan siber terhadap Partai Demokrat menjelang Pemilihan Presiden 8 November nanti.
"Kami yakin, berdasarkan pada ruang lingkup dan sensitivitas upaya-upaya ini, hanya para pejabat paling senior Rusia-lah yang bisa mengotorisasi aktivitas-aktivitas semacam ini. Pencurian dan pembongkaran ini ditujukan untuk mengintervensi proses Pemilihan Umum Amerika Serikat," kata pemerintah AS seperti dikutip Reuters.
Para pejabat intelijen AS beberapa pekan lalu telah menyimpulkan pemerintah Rusia melakukan atau mengorkestrai serangan siber terhadap Komite Nasional Demokrat dan Komite Kampanye Kongres Demokrat, kemungkinan untuk mengacaukan atau mendeskreditkan pemilihan umum di mana kandidat Demokrat Hillary Clinton menghadapi Donald Trump dari Republik.
Juru bicara Kremlin menyebut tudingan AS ini omong kosong. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan tuduhan AS itu tidak didasari bukti dan menyebut Washington menyebarkan histeria anti-Rusia.
"Meletupkan emosi dengan menyebut peretas Rusia digunakan dalam kampanye Pemilu AS dan pemerintahan AS sekarang ambil bagian dalam peperangan ini, tidak menghilangkan telah digunakannya cara-cara kotor," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, dikutip Antara News, Sabtu (8/10).
Keputusan pemerintahan Obama menuding Rusia dalam serangan siber kepada proses Pemilu di AS menunjukkan semakin parahnya hubungan AS dengan Rusia yang sudah memanas akibat aksi Rusia di Suriah dan Ukraina, serta di ruang siber.
Jumat lalu Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyebut tindakan Rusia dan pemerintah Suriah dalam perang saudara di Suriah, yakni mengebom rumah sakit, adalah tindakan kejahatan perang dan meminta hal ini diselidiki. Intelijen AS juga melaporkan Rusia telah memindahkan peluru kendali-peluru kendali jarak dekatnya ke Kaliningrad, kantong Rusia yang berada di antara Polandia dan Lithuania. Ini membenarkan klaim Estonia.
Namun Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Kantor Direktur Intelijen Nasional tidak menyebut pemerintah Rusia berada di balik serangan siber itu, melainkan serangan siber terhadap proses Pemilu di AS itu berasal dari server-server yang dioperasikan oleh sebuah perusahaan Rusia. Namun departemen ini menyatakan serangan siber terhadap sistem registrasi suara Pemilu adalah cocok dengan motivasi Rusia.