Sabtu 08 Oct 2016 22:19 WIB

Militer Filipina Belum Bisa Pastikan Latihan Bersama AS Berakhir

Militer Filipina
Foto: AP
Militer Filipina

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pertimbangan Filipina atas kesertaannya dalam pelatihan militer bersama pasukan Amerika Serikat akan menentukan keberlanjutan atau penurunan tingkat pelatihan tersebut. Juru bicara militer pada Sabtu mengatakan hal itu menyusul retorika Presiden Filipina makin membuat AS gusar.

Penilaian akan dilakukan oleh pembesar pertahanan dan pejabat mengenai manfaat pelatihan itu, yang telah berlangsung beberapa dasawarsa di antara kedua negara bersekutu tersebut. Juru bicara Angkatan Darat Restituto Padilla mengatakan keputusan sepihak akan diambil, lalu AS akan mendapatkan laporan.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte dalam pidatonya pada Jumat (7/10) kembali mencerca Washington, mengulang pernyataaan sepekan sebelumnya bahwa pelatihan perang Filipina-AS tahun ini adalah yang terakhir. Tanggapan Padilla terkait hal yang dinyatakan oleh Menteri Pertahanan yang mengindikasikan program-program militer dengan AS masih berlangsung.

"Prosedur tersebut saat ini bahwa mereka mempertimbangkan dan menilai untuk mengetahui manfaat yang diperoleh oleh Filipina. Mungkin ada rekomendasi untuk melanjutkan semuanya atau beberapa dan menangguhkan yang lainnya yang manfaatnya tidak berpihak kepada kami," kata Padilla kepada ABS-CBN News Channel.

Keretakan persekutuan tersebut meluas dalam beberapa pekan setelah Duterte meningkatkan serangan verbal terhadap siapa pun yang mengkritik kampanye brutal antinarkoba hingga menewaskan ribuan orang sejak Juli lalu. Ada 28 latihan setiap tahun antara Filipina dan AS, termasuk tiga program latihan berskala besar. Marinir kedua belah pihak hingga Rabu melangsungkan latihan perang, termasuk pendaratan amfibi dan simulasi penembakan dengan peluru.

Sekitar 500 pegiat Filipina menggelar unjuk rasa di luar Istana Kepresidenan pada Sabtu untuk mendukung sikap Duterte yang anti-Amerika Serikat dengan mengusung slogan-slogan "Pasukan AS keluar" dan "Hapuskan imperialisme". "Kami punya presiden yang memikirkan kedaulatan nasional dan kepentingan nasonal serta tidak membungkuk kepada AS," kata koordinator aksi, Renato Reyes.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement