Rabu 12 Oct 2016 14:21 WIB

Rusia Sebut Menlu Inggris Berlebihan Sikapi Tragedi Aleppo

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Foto oleh kelompok antipemerintah Aleppo 24 menunjukkan truk berisi bantuan kemanusiaan PBB untuk warga Suriah hancur karena serangan udara di Aleppo, Suriah, Selasa, 20 September 2016.
Foto: Aleppo 24 news via AP
Foto oleh kelompok antipemerintah Aleppo 24 menunjukkan truk berisi bantuan kemanusiaan PBB untuk warga Suriah hancur karena serangan udara di Aleppo, Suriah, Selasa, 20 September 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson, berlebihan dalam menyikapi serangan di Aleppo, Suriah. Juru Bicara Kementerian Igor Konashenkov bahkan menyebut Johnson terkena 'Russophobic Hysteria' karena telah menuduh Rusia menyerang konvoi bantuan menuju Aleppo.

"Tidak ada pesawat Rusia di daerah konvoi bantuan ke Aleppo. Itu faktanya," ujar Igor, dalam sebuah pernyataan resmi, pada Rabu (12/10), dikutip dari The Guardian.

Sebelumnya, pada Selasa (11/10) lalu, Johnson mengatakan ada bukti yang menunjukkan Rusia bertanggungjawab atas serangan terhadap konvoi bantuan. Menurut Johnson, Rusia harus diinvestigasi karena telah melakukan kejahatan perang di Aleppo.

Baca: Pesawat Rusia Lanjutkan Pengeboman di Aleppo Timur

Ia juga menyerukan warga Inggris melakukan unjuk rasa antiperang di depan Kedutaan Besar Rusia di London. Johnson berharap pihak yang bertanggungjawab atas perang di Suriah bisa menghadapi tuntutan di pengadilan pidana internasional.

"Jika Rusia terus melakukan hal ini, saya percaya negara tersebut akan berada dalam bahaya. Dan jika tujuan Presiden (Vladimir) Putin adalah untuk mengembalikan nama besar Rusia, saya percaya ambisinya akan membalik menjadi sebuah penghinaan atas apa yang terjadi di Suriah," kata dia.

Pernyataan Johnson menandai semakin memburuknya hubungan antara Rusia dan negara-negara Barat sejak berakhirnya perang dingin. Kementerian Luar Negeri Inggris telah mempersiapkan sejumlah kebijakan terkait perang Suriah, jika Hillary Clinton terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.

Sementara PBB telah memperingatkan, Aleppo timur kemungkinan telah jatuh ke tangan pasukan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, jika pengeboman terus dilakukan hingga Clinton terpilih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement